Dari Tanah, Mereka Kembalikan ke Tanah

- Selasa, 23 Februari 2021 | 10:56 WIB
Tain dengan kacamata hitam dan motor baru. Ia membeli tanah dari uang kompensasi.
Tain dengan kacamata hitam dan motor baru. Ia membeli tanah dari uang kompensasi.

”PERTAHANAN” terakhir itu akhirnya bobol juga. Setelah melalui persidangan konsinyasi di pengadilan, Wantono melepas tanah warisnya seluas 4 hektare dengan nilai kompensasi mencapai Rp 24 miliar.

Wantono warga Desa Sumurgeneng, Kabupaten Tuban, terakhir yang membubuhkan tanda tangan pada Rabu lalu (17/2). Bahkan terbesar kedua di antara penerima kompensasi dari proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban di Sumurgeneng.

Tapi, sebagai orang yang besar dan lahir di desa yang akrab dengan tradisi pertanian dan peternakan, tetap saja Wantono sebenarnya merasa berat melepas. Selain karena itu tanah warisan, kualitasnya juga bagus.

”Saya berani menjamin tanah di Desa Sumurgeneng ini sangat potensial untuk pertanian. Namun, bagaimana lagi, kami sudah kalah kekuatan,” katanya ketika ditemui Jawa Pos Jumat (19/2).

Proses pembebasan lahan untuk GRR bergulir sejak 2019. Penolakan sempat terjadi. Demo besarbesaran dilakukan warga untuk menggagalkan rencana akuisisi lahan di tiga desa terdampak yang semuanya berada di wilayah Kecamatan Jenu itu.

Namun, proyek kilang minyak yang masuk proyek strategis nasional (PSN) tersebut sulit dilawan warga. Satu per satu mulai luluh. Apalagi setelah mereka diajak studi banding ke proyek serupa di Cilacap, Jawa Tengah.

”Kami pikir tidak banyak yang bisa dilakukan. Meskipun sebenarnya ingin harga yang ditawarkan lebih tinggi. Karena di Cilacap saat itu warga di sana mendapatkan harga tanah mencapai Rp 1,1 juta (per meter persegi, Red),” ujar Siti Nurul Hidayatin, salah seorang warga Sumurgeneng.

Di tiga desa terdampak di Jenu, berdasar appraisal, nilainya Rp 600–850 ribu per meter persegi. Lebih rendah dari Cilacap, tapi pertahanan warga akhirnya bobol juga. Miliaran rupiah dikantongi. Tapi, 400-an warga yang rata-rata sebelumnya bertani jagung, cabai, dan kacang serta beternak sapi itu jadi kehilangan ladang. Untung, tak semua ”gelap mata”. Mobil-mobil baru memang dibeli. Tapi, mereka tetap memikirkan masa depan.

”Saya berprinsip, asale tanah, mbalik tanah (asalnya dari tanah, Kembali ke tanah, Red),” kata Tain, warga Sumurgeneng lainnya yang mengantongi kompensasi Rp 9 miliar. Sebagian uangnya dia manfaatkan untuk investasi berupa tanah garapan.

Lokasinya ada di Desa Suwalan, masih di Kecamatan Jenu. Sekitar 10 menit dari Desa Sumurgeneng. Nurul telah pula dan masih ingin membeli tanah. Wantono juga sudah berencana membeli sebidang tanah baru untuk investasinya. Sampai saat ini pun dia masih beraktivitas tani seperti biasa. Pagi hingga sore dia habiskan ke ladang sambal sesekali menemui para sales perbankan yang bertandang. Menawarkan berbagai produk investasi ke pria dengan puluhan miliar di rekeningnya itu.

Kholikah, tetangga sedesa Wantono, juga ingin tetap bertani. Setelah Sebagian besar uang kompensasi lahan yang diterimanya dia lempar ke reksa dana dan deposito, dia mencari lahan baru untuk kegiatan bertani. ”Saya paksakan diri untuk belajar soal keuangan dan perbankan. Sambil menekuni pertanian organik,” katanya.

Kebetulan, tak sedikit warga Sumurgeneng yang tanahnya tidak termasuk dalam proyek GRR berniat menjual tanah kepada para tetangga miliarder mereka. Tapi tentu dengan harga tidak semahal ganti rugi dari Pertamina untuk GRR.

Paling mahal Rp 500 ribu per meter persegi. ”Kalau nawarnya murah, nggak dijual. Kami garap sendiri untuk ngicir (menanam) jagung. Kalau bukan dengan cara itu, mau makan apa kami nanti? Sudah tidak jadi miliarder, tanah tak punya,” ujar Kustimah, salah seorang warga yang tak termasuk penerima kompensasi GRR. (gal/c9/ttg)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X