Siswa masih bisa ke sekolah khususnya mereka yang memiliki kondisi tertentu. Yakni belum bisa membaca dan menulis, sehingga takkan bisa mengikuti pelajaran secara daring.
BALIKPAPAN – Setelah batal menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) pada Januari, aktivitas di sekolah tetap beroperasi. Guru masih datang sesuai jadwal piket. Sedangkan materi pembelajaran dengan siswa disampaikan secara daring.
Meski begitu, siswa masih bisa ke sekolah dengan protokol kesehatan yang ketat. Ini berlaku untuk siswa yang memiliki kondisi tertentu.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Muhaimin mengatakan, khususnya bagi siswa yang belum bisa baca tulis bisa datang ke sekolah. Itu pun terbatas hanya lima orang per kelas.
“Sementara mengikuti Kurikulum 2013, mereka yang tidak bisa baca dan tulis tidak akan bisa menyelesaikan tugas pembelajaran,” katanya. Selain datang ke sekolah, opsi selanjutnya guru bisa melakukan home visit. Kedua hal ini merupakan upaya yang dilakukan sekolah untuk membantu siswa yang masih kesulitan baca dan tulis.
Sebab hingga saat ini, pemerintah daerah belum bisa menggelar PTM di sekolah. Mengingat kondisi penyebaran pandemi justru kian meningkat. Setidaknya terdapat penambahan kasus hingga 100 orang per hari. Sehingga, tidak memungkinkan jika memaksakan siswa melakukan aktivitas pembelajaran secara langsung.
“Mereka yang boleh datang dalam kondisi tertentu. Terdesak karena tidak bisa baca tulis atau orangtua yang tidak bisa sama sekali bisa menggunakan teknologi informatika,” bebernya. Disdikbud hanya bisa memberi kedua opsi tersebut untuk mengatasi kondisi saat ini.
Meski pembelajaran sebagian besar daring, aktivitas di sekolah masih berjalan. Misalnya ada guru yang piket di sekolah stand by bergantian atau sif. Kemudian ada jadwal khusus untuk pengumpulan tugas di sekolah. Ini sekolah sendiri yang atur membuat jadwal agar tidak langsung bersamaan.
“Setiap satu minggu sekali, ada sekolah yang membuat jadwal pengumpulan tugas pada Jumat dan Sabtu. Tapi, waktunya diatur sekolah masing-masing,” ungkapnya. Sedangkan opsi lainnya juga masih bisa mengumpulkan tugas online, mereka tidak perlu ke sekolah lagi.
“Jadi hanya itu yang bisa kita lakukan karena situasi dan kondisi sekarang terbatas. Hanya mereka yang dalam kondisi mendesak,” ucapnya. Muhaimin mengingatkan, terutama untuk siswa yang tidak bisa baca dan tulis saja. Mereka bisa belajar ke sekolah, namun terbatas lima orang dan protokol kesehatan yang ketat. (gel/ms/k15)