PROKAL.CO,
JAKARTA– Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pemerintah terus menggencarkan pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Termasuk di bulan Ramadan yang bakal berjalan mulai 13 April nanti. Jokowi menyampaikan vaksinasi selama bulan puasa dilaksanakan malam hari.
April nanti vaksinasi masih tahap kedua. Yaitu untuk pelayan publik, lansia, serta kelompok rentan lain seperti pedagang pasar, pekerja kantoran, dan aparatur sipil negara (ASN). ’’Di bulan puasa kita tetap vaksinasi di malam hari. Kemudian di siang hari di daerah-daerah (mayoritas, Red) non muslim,’’ katanya saat menerima pimpinan media massa Rabu (17/2) lalu. Video pertemuan tersebut baru diunggah Sekretariat Presiden (Setpres) Sabtu (20/2).
Dalam pertemuan tersebut Jokowi paling banyak membahas soal vaksinasi. Dia menyampaikan bulan depan bakal tersedia vaksin Covid-19 sebanyak 11 juta dosis. Sebelumnya pada tahap pertama ada 3 juta dosis vaksin dan sebanyak 7 juta dosis vaksin di tahap kedua.
Menurut Jokowi semester kedua 2021 nanti jumlah vaksin diperkirakan bakal tersedia cukup banyak. Diperkirakan bakal ada 30 juta dosis vaksin. Untuk proses kegiatan vaksinasinya, pemerintah juga tidak bergantung pada fasilitas rumah sakit dan puskesmas saja. Tetapi juga fasilitas publik lainnya. ’’Seperti yang pernah dilakukan di Istora dan pasar Tanah Abang,’’ jelasnya.
Presiden asal Solo itu mengatakan persoaln lain adalah keberadaan vaksinator. Saat ini meskipun ada 30 ribuan vaksinator, tetapi persebarannya belum merata. Sehingga kecepatan proses vaksinasi di satu provinsi dengan provinsi lainnya berbeda. Dia mengatakan bakal ada tambahan tenaga vaksinator dari Kemenkes. Kemudian juga ada dukungan 11 ribu vaksinator dari personel TNI dan Polri. Sehingga setidaknya tersedia minimal jumlah vaksinator ada 40 ribu orang. Dengan asumsi satu orang vaksinator sehari bisa mevaksin 30 orang, berarti dalam sehari jumah vaksinasi ada 1,2 juta orang. ’’Ini hitungan gampangnya. Tetapi praktik di lapangan membutuhkan improvisasi yang baik,’’ jelasnya.
Dalam kesempatan itu Jokowi juga menyinggung soal tracing. Dia mengatakan tracing yang berjalan saat ini belum baik. Diantaranya disebabkan jumlah orang yang benar-benar memenuhi kualifikasi sebagai tracer masih berjumlah 5 ribuan. Padahal standarnya untuk Indonesia dibutuhkan 50 tracer.