SANGATTA–Berau merupakan kabupaten tetangga Kutai Timur (Kutim), yang belum lama ini mengalami gempa. Sempat dikabarkan wilayah tersebut mewaspadai adanya gempa susulan. Untuk mewaspadai, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim mengambil langkah pencegahan dampak bencana tersebut.
Kepala BPBD Kutim Syafruddin mengatakan, saat ini pihaknya tengah menyiapkan pemasangan alat pendeteksi gempa di empat kecamatan. "Insyaallah di sini (Kutim) tidak berpotensi gempa, tapi kami sudah memikirkan upaya antisipasi dengan pemasangan alat deteksi gempa di Kaubun, Sandaran, Kongbeng, dan Muara Bengkal," ujarnya. Menurut dia, alat tersebut seharusnya dapat dipasang pada 2020. Namun, sejumlah kendala menyebabkan pemasangan baru dilakukan tahun ini. Untuk diketahui, alat tersebut telah disediakan langsung BMKG. Setiap camat yang wilayahnya akan dipasangi, mesti menyediakan lahan kosong seluas 3x5 meter persegi.
"Alat itu bagus, jadi bisa mendeteksi dan memberi informasi gempa yang terjadi. Kemudian dipasang di kecamatan yang berbeda, nanti pengumumannya bisa terhimpun di Sangatta. Camat hanya diminta sediakan lahan dan saya sudah menyurati mereka," ungkapnya.
Dia menyebut, jika sentral informasi ditempatkan di Sangatta Utara. Namun, peletakan di empat kecamatan, dia mampu menangkap radius gempa di 18 kecamatan se-Kutim.
"Masing-masing alat bisa menangkap dan membaca getaran gempa sejauh 100 kilometer. Makanya di Kutim ditaruh di empat zona, supaya bisa menghimpun info dari 18 kecamatan," jelasnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kutim Awang Nanta menerangkan, jika titik gempa sebenarnya kerap terjadi. Namun, kejadian itu tidak terasa karena di kedalaman yang cukup dalam.
"Sebenarnya gempa Berau tidak memengaruhi Kutim secara signifikan, mungkin hanya Kecamatan Sandaran aja yang berdampak, dan terkena guncangan, karena wilayahnya memang berdekatan," tuturnya.
Dia membenarkan Kutim memang tidak berpotensi tsunami. Namun, upaya itu akan tetap dilakukan untuk melakukan pencegahan dini agar siaga bencana. "Semoga saja daerah tetap aman, tapi tidak boleh tutup mata, tetap harus siaga, apalagi kalau membaca sejarah di Sangkulirang pernah mengalami guncangan M 4,8 pada 14 Mei 1921, makanya kami tetap waspada," tutupnya. (*/la/dra/k8)