Menangguk Emas di Ladang Durian, Untung Berlipat dari Penjualan Durian Melak

- Senin, 22 Februari 2021 | 14:05 WIB
PANEN DURIAN: Para petani memanen durian di Kampung Long Iram Bayan, Kecamatan Long Iram, Kabupaten Kutai Barat.
PANEN DURIAN: Para petani memanen durian di Kampung Long Iram Bayan, Kecamatan Long Iram, Kabupaten Kutai Barat.

Durian melak begitu populer di Kaltim. Banyak warga yang berbondong-bondong ke Kutai Barat (Kubar) untuk membeli buah tersebut. Kemudian menjual kembali di berbagai daerah di Benua Etam.

 

AWAL tahun umumnya diikuti musim panen durian, terutama di Kubar. Kabupaten itu sudah sejak lama dikenal sebagai penghasil durian lokal di Kaltim. Rasanya yang khas menjadikan idola.

Sebagai daerah kawasan hutan hujan tropis yang dilintasi garis khatulistiwa, Kubar juga surganya durian. Namun, apa sebenarnya yang membuat durian asal Bumi Tanaa Purai Ngeriman --julukan Kubar-- dikenal begitu lezat?

Ada beragam jenis durian yang menjadi tanaman endemik di kawasan tersebut. Sebut saja Kecamatan Long Iram dan Nyuatan. Dua kecamatan di wilayah itu penghasil terbesar durian lokal. Tumbuh di pekarangan penduduk, ladang, kebun atau lembo, dan hutan pinggiran sungai. Membuat tanaman buah yang tumbuh di atas permukaan tanah liat berpasir itu jadi idola.

Oleh sebagian besar warga Kaltim, terutama yang dijual di Samarinda dan Balikpapan, durian tersebut kerap disebut durian melak. Padahal buah itu tidak berasal dari Melak. “Melak justru bukan penghasil durian sekarang. Kami mau mengubah ini supaya masyarakat memperkenalkan durian kubar keluar daerah,” kata Bupati Kubar FX Yapan mengubah identitas “durian melak” menjadi “durian kubar”.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kubar Petrus mengatakan, setidaknya ada banyak jenis durian yang tumbuh di hutan. Sebaran pohon durian, kata dia, mulai Kecamatan Long Iram, Nyuatan, Mook Manaar Bulatn, Tering hingga Barong Tongkok. Dengan usaha sedikit masuk hutan, maka pohon-pohon durian bertebaran tanpa perlu dirawat.

Jika beruntung masuk hutan saat musim buah, durian akan jatuh dengan sendirinya dan tinggal menikmati. Warga lokal biasanya masuk hutan, berkemah dan menunggu durian jatuh dengan sendirinya dari pohon. Lalu menjualnya di pusat-pusat keramaian warga. “Musim durian itu mulai awal tahun. Biasanya awal Februari dan berakhir sekitar Maret hingga April. Kadang tidak menentu,” paparnya.

Ada pula durian ketupat. Bentuknya sangat mini. Namun, rasanya bisa diadu dengan durian lain di Indonesia. Kala musim durian seperti saat ini, durian ketupat bisa menjadi primadona paling dicari pembeli.

Ada lagi durian yang sedang naik daun karena rasanya. Durian mandong namanya. Itu adalah persilangan durian dan elai. “Rasanya mirip durian tapi tak mengeluarkan aroma durian yang banyak orang tak suka. Dagingnya tidak basah dan sangat lembut. Cocok bagi mereka yang ingin makan durian tapi kadang terganggu dengan aromanya,” ungkap Petrus.

Sementara itu Muhammad Japar, tokoh masyarakat Melak menuturkan, durian dari Kubar memang sejak dulu primadona. Bahkan sejak sebelum Kubar memisahkan diri dari Kabupaten Kutai yang saat ini adalah Kutai Kartanegara (Kukar).

Dia menyebut, dulu di Kecamatan Melak memang banyak ditemukan durian. Seperti di lembo (hutan buah) di sekitar Jalan Pangeran Diponegoro dan Jalan Ki Hajar Dewantara, Gang Telisay. Kelurahan Melak Ulu. “Soalnya di lokasi lembo itu, saya sering tunggu buahnya jatuh kalau lagi musim,” kata mantan camat Melak itu, Senin (15/2).

Namun, belakangan produksi durian bergeser ke kecamatan lain. Terlebih Kampung Muyub (Kecamatan Tering), Kampung Gabung (Kecamatan Tering), dan Kampung Sakaq Tada (Kecamatan Mook Manaar Bulatn) sudah berpisah dari wilayah Melak. Padahal ketiga kampung itu termasuk penyumbang durian terbesar. “Selain itu, karena jumlah penduduk semakin bertambah di Melak. Jadi banyak lembo durian saat ini bersalin menjadi permukiman,” katanya.

Adapun pengiriman durian dari Kubar ke Samarinda bisa lewat Sungai Mahakam menggunakan kapal. Namun, bisa juga menggunakan pikap atau truk. Jalur darat disebutnya lebih ekonomis ketimbang via sungai.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X