Diyakini Batu Bara Bakal Moncer Lagi

- Sabtu, 20 Februari 2021 | 11:34 WIB
Kinerja pertambangan batu bara diyakini akan gemilang tahun ini. Hal itu sejalan dengan peningkatan harga batu bara.
Kinerja pertambangan batu bara diyakini akan gemilang tahun ini. Hal itu sejalan dengan peningkatan harga batu bara.

SAMARINDA - Kinerja pertambangan batu bara diyakini akan gemilang tahun ini. Hal itu sejalan dengan peningkatan harga batu bara. Pada Februari lalu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batu bara acuan (HBA) sebesar USD 87,79 per ton atau naik 15,7 persen dari bulan sebelumnya sebesar USD 75,84 per ton.

Para pengusaha juga sudah menjalin kontrak jangka panjang dengan buyer di luar negeri. Kinerja positif itu secara otomatis berdampak terhadap sektor jasa pertambangan. Meskipun risiko internasional masih membayangi kinerja emas hitam.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Kaltim Muhammad Hamzah mengatakan, pada 2020 semua industri mengalami penurunan tak terkecuali pertambangan batu bara. Sektor ini mengalami penurunan 40 persen pada 2020. Namun memasuki 2021, kinerja pertambangan mulai kembali membaik seiring dengan banyaknya permintaan batu bara.

Belum lagi kesepakatan kerja sama dengan China Coal Transportation and Distribution Association (CCTDA) untuk meningkatkan ekspor batu bara dari Indonesia ke Tiongkok. Kesepakatan ekspor batu bara yang ditandatangani senilai USD 1,46 miliar atau sekitar Rp 20,6 triliun. Dari jumlah itu setidaknya tahun depan Indonesia akan mengekspor 200 juta ton emas hitam ke Tiongkok.

“Kontrak yang dilakukan itu tentunya akan membuat kinerja pertambangan kita meningkat meskipun tetap akan dihantui risiko-risiko seperti penurunan harga,” jelasnya, Kamis (18/2).

Pihaknya yakin tahun ini pertambangan batu bara akan bergairah. Diimbangi juga dengan harga yang cukup baik. Emas hitam kemarin sempat jatuh dengan harga hanya USD 54 per metrik ton, saat ini sudah menyentuh USD 75-80 metrik ton. Harapannya seiring tingginya permintaan akan membuat harga emas hitam akan lebih baik.

“Masih dihantuinya pada penurunan harga, tetap harus membuat kita sadar bahwa tak bisa selamanya kita melakukan ekspor batu bara mentah. Perlu dilakukan hilirisasi agar memiliki nilai tambah,” terangnya.

Terpisah, Executive Director Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (Aspindo) Bambang Tjahjono mengatakan, batu bara tahun ini sepertinya akan lebih baik daripada 2020. Kinerja positif itu tentunya juga akan dirasakan oleh jasa pertambangan. Sebab, selama 2020 jasa pertambangan juga turut terdampak pandemi seiring dengan penurunan pasar pertambangan.

“Tahun ini, ada beberapa harapan yang bisa dinikmati jasa pertambangan, salah satunya kerja sama yang dilakukan pelaku usaha pertambangan dengan Tiongkok untuk ekspor batu bara tahun ini,” jelasnya.

Dia mengatakan, kerja sama itu untuk meningkatkan ekspor batu bara menjadi prospek positif untuk pemulihan industri pertambangan pada tahun ini. Meski pihaknya mengakui, masih banyak risiko-risiko yang harus disadari, mulai dari faktor global hingga dalam negeri. Seperti relasi Tiongkok dan Australia dalam perdagangan batu bara, sentimen kebijakan Amerika Serikat pasca-pilpres, hingga pemulihan ekonomi global dan kebutuhan pasar terhadap energi.

“Jika kontrak tersebut tidak terjadi perubahan, dampaknya mungkin bisa dirasakan jasa pertambangan. Namun, itu baru sekadar kontrak bisa terjadi perubahan, sedangkan jasa pertambangan tetap akan bergantung pada kinerja produksi pertambangan,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X