JENEWA- Okonjo-Iweala, mantan menteri keuangan, bersinar. Itu adalah judul berita utama harian asal Nigeria, Daily Sun. Ia memberitakan terpilihnya Ngozi Okonjo-Iweala sebagai direktur jenderal Badan Perdagangan Dunia (WTO) yang ke-7. Pada 2011–2015, Okonjo-Iweala adalah menteri keuangan Nigeria.
Beberapa media lainnya di negara asal Okonjo-Iweala juga memuat berita serupa. Ekonom yang pernah berkarir di Bank Dunia selama 25 tahun itu memang menorehkan sejarah. Dia menjadi perempuan pertama dan orang Afrika pertama yang mengepalai WTO. Dia resmi ditunjuk Senin (15/2), namun masa jabatannya berlaku mulai 1 Maret nanti hingga 31 Agustus 2025. Rapat dewan umum khusus untuk menunjuk perempuan 66 tahun itu dilakukan secara virtual.
’’Dia terpilih bukan karena seorang perempuan ataupun berasal dari Afrika, tapi karena dia menonjol sebagai kandidat, memiliki kualifikasi, pengalaman, dan kualitas terbaik untuk menjalankan tugas yang berat,’’ terang seorang diplomat dari negara Barat pada Agence France-Presse.
Organisasi yang memiliki 164 anggota itu tidak mempunyai pemimpin sejak diplomat asal Brasil Roberto Azevedo mengundurkan diri Agustus tahun lalu. Dari delapan kandidat, sejatinya akan dipangkas menjadi satu orang pada November. Tapi, kala itu mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menolak Okonjo-Iweala.
Pada 5 Februari, Menteri Perdagangan Korsel Yoo Myung-hee mengundurkan diri dari pencalonan setelah mengetahui Presiden AS Joe Biden mendukung Okonjo-Iweala. Yoo selama ini merupakan pesaing Okonjo-Iweala.
Okonjo-Iweala diharapkan bisa menggeliatkan lagi institusi yang selama ini seperti mati suri tersebut. Dalam pidato pertamanya, dia memperingatkan bahwa nasionalisasi vaksin bakal memperlambat berakhirnya pandemi Covid-19. Hal itu bisa mengikis pertumbuhan ekonomi semua negara, baik yang kaya maupun miskin. WTO bisa memiliki peran lebih untuk menghentikan pandemi.
Nasionalisme vaksin tidak bakal memiliki manfaat lebih lantaran varian baru terus bermunculan. Karena itulah, pembatasan ekspor yang memperlambat perdagangan obat-obatan dan berbagai alat kesehatan lainnya harus dicabut. ’’Tidak masuk akal rasanya bahwa di tempat lain orang akan mati menunggu dalam antrean ketika kita memiliki teknologi,’’ tegasnya seperti dikutip Al Jazeera. (sha/c6/bay)