Sriwijaya SJ-182 Alami Gangguan Autothrottle di 8 Ribu Kaki

- Jumat, 12 Februari 2021 | 10:49 WIB

JAKARTA - Pesawat nahas Sriwijaya Air PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 mengalami kendala anomali tuas penambah daya otomatis (autothrottle) sebelum jatuh ke perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu, 9 Januari lalu.

Hal tersebut tertuang dalam laporan awal Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) (10/11). Sesuai ketentuan, KNKT harus membuat laporan awal pada publik setidaknya 30 hari setelah kecelakaan.

Setelah ditemukan pada 12 Januari lalu oleh tim SAR gabungan, KNKT mengunduh data dari Crash Survivable Memory Unit (CSMU) dari kotak hitam Flight Data Recorder (FDR). Dari data yang telah diunduh, didapatkan 370 parameter data dengan durasi rekaman 27 jam yang melibatkan 18 penerbangan termasuk yang mengalami kecelakaan.

Selain itu, KNKT bekerja dari data-data awal berupa wawancara dengan personil pengatur lalu lintas ATC saat itu, data dari Kementerian Perhubungan, Sriwijaya Air, serta eksaminasi awal dari beberapa puing reruntuhan pesawat.

Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo mengungkapkan bahwa dari data FDR, ditemukan bahwa autopilot aktif (engaged) pada ketinggian 1.980 kaki beberapa saat setelah lepas landas.

Pada ketinggian 8.150 ribu kaki, pesawat mengalami anomali pertamanya. Tuas autothrottle atau pengatur penambah daya mesin pesawat sebelah kiri bergerak ke arah belakang. Hal ini mengakibatkan tenaga mesin sebelah kiri berkurang. “Sementara tenaga mesin yang kanan tetap,” jelas Nurcahyo dalam paparan KNKT kemarin (10/2)

Pada ketinggian 10.600 kaki, tuas autothrottle kembali bergerak mundur. FDR menunjukkan pesawat tengah menuju 046 derajat arah timur laut. Pada pukul 14.39 WIB, petugas ATC memberi instruksi agar pesawat naik ke ketinggian 13.000 kaki. Ini adalah komunikasi terakhir antara pilot dengan ATC

PK-CLC mencatat ketinggian maksimal 10.900 kaki pada pukul 14.40 WIB sebelum kemudian kehilangan ketinggian. FDR menunjukkan bahwa autopilot sudah tidak aktif (disengage) dan arah pesawat menuju ke 016 derajat. Pesawat berada pada posisi hidung naik (pitch up) dan miring ke kiri (roll). Di posisi ini, FDR juga menunjukkan bahwa tuas throttle sebelah kiri kembali bergerak ke belakang mengurangi tenaga mesin kiri. Sementara mesin kanan masih tetap.

Pukul 14.40 lewat 10 detik FDR mencatat bahwa autothrottle sudah tidak aktif (disengage). Posisi pesawat diketahui sedang menunduk (pitch down). “Sekitar 20 detik kemudian FDR berhenti merekam data,” jelas Nurcahyo.

Cuaca sepertinya tidak memainkan faktor utama dalam kecelakaan ini. Berdasarkan temuan KNKT, pilot sempat meminta untuk berbelok lebih ke timur sebesar 075 derajat karena menghindari awan hujan. ATC pun mengizinkan.

Namun dalam posisi tersebut, ATC memprediksi bahwa SJ-182 bakal terlalu dekat dengan pesawat lain yang berangkat dari landasan pacu Soekarno Hatta (runway) 25L (landasan selatan) yang juga sama-sama menuju Pontianak. Untuk itulah ATC menginstruksikan SJ-182 untuk menghentikan pendakian di 11.000 kaki.

Citra radar cuaca saat itu juga menunjukkan bahwa SJ-182 terbang di wilayah dengan kepadatan tetes hujan kurang dari 25 decibel relative to z (dbz). “Menunjukkan bahwa SJ-182 melintas bukan di area awan yang signifikan, bukan area hujan, serta bukan di area in-cloud turbulence,” Jelas Nurcahyo. Berdasarkan peta KNKT, kumpulan partikel air yang lebih padat (sekitar 25-25 Dbz) berada di sebelah kiri (barat) lintasan SJ-182

Mengenai penyebab anomali tuas throttle, Nurcahyo mengatakan sampai saat ini KNKT belum bisa memberikan jawaban. Karena autothrottle mendapatkan input dari 13 instrument yang berbeda dari pesawat. Karena menurutnya belum tentu sistem autothrottle yang bermasalah. “Bisa saja gejalanya muncul di tuas throttle tapi masalahnya bersumber dari instrumen lain. Soal kenapa pilot tidak bisa recover juga masih menjadi pertanyaan kami sejauh ini,” jelasnya.

Dari penyelidikan, KNKT menemukan bahwa ada laporan autothrottle tidak berfungsi dilaporkan pertama pada 3 Januari 2021. Perbaikan dilakukan namun keesokan harinya masalah yang sama terulang. Perbaikan yang dilakukan belum berhasil, sehingga teknisi memasukkannya dalam item penundaan perbaikan (deferred maintenance item :DMI)

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Desak MK Tak Hanya Fokus pada Hasil Pemilu

Jumat, 29 Maret 2024 | 10:36 WIB

Ibu Melahirkan Bisa Cuti hingga Enam Bulan

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:30 WIB

Layani Mudik Gratis, TNI-AL Kerahkan Kapal Perang

Selasa, 26 Maret 2024 | 09:17 WIB

IKN Belum Dibekali Gedung BMKG

Senin, 25 Maret 2024 | 19:00 WIB

76 Persen CJH Masuk Kategori Risiko Tinggi

Senin, 25 Maret 2024 | 12:10 WIB

Kemenag: Visa Nonhaji Berisiko Ditolak

Sabtu, 23 Maret 2024 | 13:50 WIB
X