RI-Malaysia Sepakat Lawan Kampanye Hitam Sawit

- Sabtu, 6 Februari 2021 | 12:27 WIB
SEJALAN: Pemerintah Indonesia dan Malaysia berupaya melindungi jutaan petani yang menggantungkan hidupnya di industri kelapa sawit.
SEJALAN: Pemerintah Indonesia dan Malaysia berupaya melindungi jutaan petani yang menggantungkan hidupnya di industri kelapa sawit.

JAKARTA–Pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat untuk melanjutkan kerja sama melawan kampanye hitam kelapa sawit yang dilakukan oleh Uni Eropa. Kerja sama itu dibahas saat kunjungan Perdana Menteri (PM) Malaysia Muhyiddin Yassin ke Indonesia, Jumat (5/2).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, perlawanan terhadap kampanye hitam kelapa sawit akan lebih optimal jika dilakukan bersama oleh kedua negara. Untuk diketahui, Indonesia dan Malaysia merupakan penghasil utama sawit di dunia.

“Indonesia terus berjuang melawan diskriminasi dan perlawanan tersebut akan lebih optimal jika dilakukan bersama, dan Indonesia mengharapkan komitmen yang sama dengan Malaysia mengenai isu sawit ini," ujarnya saat konferensi pers Penyambutan Resmi PM Malaysia.

Muhyiddin menyambut baik kerja sama tersebut. Dia menerangkan, Malaysia telah mengajukan gugatan terhadap Uni Eropa kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), 15 Januari lalu. Langkah ini menyusul tindakan serupa yang dilakukan Indonesia pada Desember 2019 lalu. Gugatan diajukan terhadap kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II dan Delegated Regulation yang dikeluarkan Eropa yang dinilai mendiskriminasikan sawit.

“Kampanye anti-sawit ini tidak berdasar dan tidak gambarkan kelestarian industri sawit dunia serta mencanggah (bertentangan) komitmen WTO mengenai amalan perdagangan bebas," ucapnya.

Muhyiddin mengatakan, perlawanan terhadap diskriminasi sawit ini bertujuan memastikan kesejahteraan petani sawit yang hidupnya bergantung dari komoditas tersebut.

“Ini untuk memastikan kita dapat melindungi industri sawit dan terutama menyelamatkan berjuta-juta pekebun kecil yang bergantung hidup sepenuhnya pada industri sawit di Malaysia dan Indonesia," tuturnya.

Sebelumnya, Indonesia bersama Malaysia dan Kolombia yang tergabung dalam Dewan Negara-Negara Produsen Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC) sepakat mengirim misi bersama untuk menentang pemberlakuan kebijakan RED II pada 2019 lalu.

Minyak sawit memiliki peranan penting bagi ekspor Indonesia. Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) mencatat volume ekspor produk minyak sawit tercatat sebesar 34 juta ton pada 2020. Jumlah itu turun 9,09 persen dibandingkan 2019 sebanyak 37,4 juta ton. Namun, nilai ekspor produk minyak sawit bertambah 13,65 persen dari USD 20,21 miliar menjadi USD 22,97 miliar.

Gapki mengatakan kenaikan nilai ekspor itu ikut menyumbang pada kinerja neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2020 lalu yang tercatat surplus USD 21,27 miliar. (ndu/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB
X