NU dan Muhammadiyah Elitis?

- Sabtu, 6 Februari 2021 | 11:24 WIB

Bambang Iswanto

Dosen Institut Agama Islam Negeri Samarinda

 

 

UNGKAPAN ini disampaikan oleh Pandji Pragiwaksono dalam kanal YouTube-nya. Pada video berdurasi 50 menit itu, Pandji mewawancarai dua anak muda pendukung organisasi Front Pembela Islam (FPI) yang sudah dibubarkan. Di beberapa bagian, Panji sudah tidak menjalankan tugasnya lagi sebagai host, tetapi justru ikut menjadi narasumber.

Salah satu bagian pernyataannya yang kontroversial adalah NU dan Muhammadiyah adalah dua organisasi yang elitis. Kedua organisasi itu dibandingkan dengan FPI yang dianggap jauh lebih merakyat dan sering hadir ketika masyarakat memerlukan.

Sebenarnya pernyataan komika Pandji itu tidak penting untuk dibahas. Pertama, karena cacat logika. Kedua, Pandji profesinya pelawak. Tidak dalam kapasitas yang mumpuni membandingkan, lantas menghakimi NU dan Muhammadiyah sebagai organisasi elitis. Ketiga, kesimpulannya didasarkan atas pernyataan sosiolog Universitas Indonesia, Thamrin Amal Tamagola 12 tahun yang lalu. Thamrin sudah memberikan klarifikasi bahwa Panji salah tafsir terhadap pernyataannya.

Tetapi akhirnya cukup penting untuk dibahas karena pernyataan Pandji banyak juga yang mendukung dan perlu diluruskan. Hal itu terlihat dari komentar yang ada pada kanal videonya. Banyak yang percaya bahwa apa yang disampaikan oleh Pandji adalah sebuah kebenaran.

Itulah yang disebut sebagai era post truth. Saat fakta tidak terlalu berpengaruh terhadap pembentukan opini masyarakat. Semuanya dikalahkan dengan emosi dan keyakinan personal. Kebohongan dapat berkamuflase menjadi kebenaran.

Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah adalah dua organisasi masyarakat terbesar di Indonesia yang sudah berkhidmat untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan agama sudah lama.

NU lahir 1926, sementara Muhammadiyah sudah hadir 14 tahun sebelumnya pada 1912. Kiprah mereka bukan hanya melayani kepentingan masyarakat, tetapi juga sudah teruji sejak awal berdarah-darah ikut berjuang melawan penjajah.

Pandji harusnya lebih melek sejarah, dari dulu sampai sekarang, misi-visi mereka tidak lepas dari melayani umat. Berapa banyak pesantren dan sekolah serta perguruan tinggi NU dan Muhammadiyah yang memberikan beasiswa kepada santri, siswa, dan mahasiswa yang tidak mampu. Kiprahnya itu seantero Indonesia bukan hanya berfokus pada satu daerah.

Sebaiknya Pandji piknik ke pesantren-pesantren dan sowan ke para kiai yang sudah banyak bantu para santri yang tidak mampu. Bukan hanya fokus memerhatikan selembar surat memo dari sebuah organisasi massa (ormas) untuk dapat diterima pada sebuah sekolah atau dapat pelayanan kesehatan. Membandingkan kiprah puluhan tahunan dengan lembaran memo pun sebenarnya sudah tidak sebanding.

Semua orang berhak menjadi pembela atau simpatisan sebuah organisasi, tapi dengan syarat tidak menjelekkan organisasi lain yang sudah memberikan kontribusi nyata sejak masa pra kemerdekaan sampai sekarang untuk kepentingan bangsa.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X