Lawan Kampanye Negatif dengan Sertifikat ISPO

- Selasa, 2 Februari 2021 | 00:21 WIB

Pemprov Kaltim masih harus kerja lebih keras dalam memperbanyak perkebunan kelapa sawit yang mengantongi sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Sebab, ini menjadi salah satu senjata untuk melawan kampanye hitam industri ini.

BALIKPAPAN - Ketua Forum Komunikasi Perkebunan Berkelanjutan Kaltim M Sabani mengatakan, saat ini terdapat 340 perusahaan besar yang telah memperoleh izin perkebunan dengan luas area 2,5 juta hektare. Sayang, dari jumlah tersebut yang bersertifikasi ISPO baru sebanyak 72 perusahaan dengan lahan seluas 520 ribu hektare. Sementara perkebunan rakyat yang bersertifikasi ISPO baru 2 kebun.

“Dari data di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan sertifikasi ISPO di Kaltim perkembangannya masih berjalan lambat,” kata Sabani, (31/1). Menurutnya, pelaksanaan di lapangan masih terkendala kurangnya pemahaman tentang konsep keberlanjutan, terbatasnya pengetahuan dan kesiapan petani tentang ISPO. Juga belum optimalnya peran pemda terkait koordinasi dan sosialisasi.

Sabani mengungkapkan perkebunan sawit di Kaltim terus berkembang. Yaitu dari 1.090.106 hektare pada 2015 menjadi 1.228.138 hektare pada 2019, dengan luas areal kelapa sawit mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 3,04 persen dalam 5 tahun terakhir. Begitu pula dengan produksi yang tumbuh rata-rata sebesar 14,89 persen, dari 10.812.893 ton pada 2015 menjadi 18.343.852 ton pada 2019.

“Target sertifikasi ISPO jelas berpengaruh terhadap perekonomian Kaltim,” bebernya. Sebab, apabila pertumbuhan perkebunan sawit tidak dikelola dengan baik, maka akan memberikan dampak negatif dari sisi lingkungan dan keanekaragaman hayati. Apalagi Kaltim sudah berkomitmen untuk melakukan pembangunan hijau sejak 2010 melalui “Kaltim Green” yang diperkuat dengan deklarasi “Green Growth Compact Kaltim” pada 2016.

Sabani menambahkan, dalam menuju pembangunan hijau, pihaknya membuat kebijakan turunan sektoral termasuk kebijakan di sektor pertanian dan perkebunan yang terangkum dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kaltim (RPJMD Kaltim) tahun 2018-2023.

Pada dokumen tersebut dinyatakan bahwa tujuan pembangunan hijau di sektor pertanian dan perkebunan akan dicapai dengan membangun ketahanan pangan berbasis komoditas lokal, pengurangan deforestasi dan degradasi hutan serta kegiatan-kegiatan mitigasi perubahan iklim.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Ujang Rachmad mengungkapkan bahwa agar target sertifikasi ISPO tercapai, pihaknya membuat strategi pembangunan perkebunan berkelanjutan. “Kami masukkan dalam adopsi indikator pertumbuhan hijau pada strategi pembangunan perkebunan berkelanjutan,” tuturnya.

Saat ini, pihaknya sangat konsentrasi terhadap pengembangan komoditas kelapa sawit. Sehingga, perusahaan sangat penting menerapkan ISPO. Hal itu karena kelapa sawit sebagai komoditas strategis yang menghasilkan devisa negara terbesar, dalam sektor non-migas dan sumber lapangan kerja.

Pemberlakuan ISPO dilakukan agar semua perusahaan tetap memiliki pedoman pada prinsip bisnis perkebunan yang berkelanjutan. “Standardisasi ISPO yang dituangkan melalui Permentan mengakomodasi regulasi pemerintah mulai legalitas lahan, penanganan limbah sampai tingkat kesejahteraan karyawan,” katanya.

Apalagi, di tengah banyaknya isu negatif mengenai kelapa sawit. ISPO mencakup seluruh keinginan dunia internasional terkait mendorong usaha perkebunan. Dalam hal ini, penetapan ISPO membuat kesadaran pengusaha kelapa sawit untuk memperbaiki lingkungan. Tak hanya itu, ISPO juga membuat perusahaan melakukan standar kelapa sawit berkelanjutan dan tentunya akan meningkatkan daya saing.

Target sertifikasi ISPO, jelas berpengaruh terhadap perekonomian Kaltim. Jika sektor ini terus berkelanjutan dampaknya terhadap ekonomi tentunya lebih besar. “Kita berharap seluruhnya bisa memperoleh sertifikat, hal itu juga sebagai upaya pembuktian bahwa kelapa sawit tidak merusak lingkungan,” pungkasnya. (ctr/aji/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X