Kelangkaan Kontainer Bakal Ganggu Kinerja Ekspor

- Kamis, 28 Januari 2021 | 12:02 WIB
Pelabuhan peti kemas di Palaran.
Pelabuhan peti kemas di Palaran.

SAMARINDA – Laju kinerja ekspor Kaltim berpotensi terhambat. Sebab, sejak pengujung 2020 lalu terjadi kelangkaan kontainer. Akibatnya, para eksportir termasuk di Kaltim mengalami kesulitan mendapatkan kontainer untuk mengirimkan barangnya ke luar negeri.

Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Kaltim Muhammad Hamzah mengatakan, isu terbesar dunia eksportir sejak pengujung tahun adalah kelangkaan kontainer. Kelangkaan ini disebabkan Tiongkok yang memborong kontainer dunia karena mereka mau melakukan ekspor besar-besaran setelah lockdown.

“Tiongkok sedang mempersiapkan diri untuk melakukan ekspor besar-besaran ke berbagai negara,” jelasnya, Rabu (27/1). Kelangkaan saat ini disebutnya akibat kesalahan Indonesia. Sebab, kontainer adalah bagian dari kapal, sedangkan hampir semua kapal pengangkut kontainer merupakan milik negara asing. Ke depan, Indonesia harus sudah sadar pentingnya memiliki industri kontainer sendiri.

“Kita sudah sering sampaikan jika kapal ada asas cabotage, maka kontainernya juga harus menganut itu,” tuturnya. Menurutnya, asas cabotage merupakan kegiatan angkutan yang harus menggunakan kapal nasional dan dioperasikan awak kapal kewarganegaraan Indonesia. Kapal dan kontainer yang tidak menganut asas cabotage ini yang saat ini menjadi batu penghalang.

Sekarang sudah dirasakan kelangkaan kontainer karena tidak milik sendiri. Tidak memiliki kapal dan kontainer dalam negeri bukan hanya soal tarif yang lebih mahal. Saat ini biaya pengiriman memang sedang meningkat 3-4 kali lipat, tapi itu masih bisa dibayar. Sedangkan saat ini tidak ada barang masuk dan keluar karena kontainernya tidak ada.

“Kelangkaan ini yang harusnya diatasi lewat asas cabotage tadi. Akhirnya kita tidak punya kepastian untuk melakukan ekspor, apakah minggu depan atau bagaimana. Karena kontainer untuk mengirimnya tidak ada,” ungkapnya.

Sepinya kontainer tentunya berdampak luas, sebab turunan dari bisnis ini cukup banyak. Mulai dari pengiriman barang, bongkar muat, dan lainnya. Jika kontainernya kosong dan tidak bisa mengirim keluar-masuk negeri, tentunya bisnis turunannya juga terdampak. Tapi untuk Kaltim dampak sepinya kontainer ini tidak berpengaruh signifikan, sebab kebanyakan barang daerah ini masih barang curah.

“Barang curah itu menggunakan tongkang, LCT dan lainnya itu. Tidak mengirim langsung, kita yang mengirim langsung di Kariangau itu masih sepi. Bahkan nyaris tidak ada, sehingga kita tetap mengumpulkan barang di Jawa lalu dikirim keluar, tapi terkendala di Jawa tidak ada kontainernya, itu pentingnya asas cabotage tadi,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Eksistensi Usaha Minimarket Kian Tumbuh

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20 WIB

Harga Daging Sapi di Kutai Barat Turun

Sabtu, 27 April 2024 | 10:00 WIB

BI Proyeksikan Rupiah Menguat di Kuartal III

Sabtu, 27 April 2024 | 09:01 WIB

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB
X