BALIKPAPAN- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan menerapkan layanan 5G di calon ibu kota negara (IKN) baru di Kaltim. Tepatnya di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU) dan Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara (Kukar). Selain itu, teknologi jaringan internet generasi kelima tersebut, juga akan dikembangkan pada lima destinasi wisata super-prioritas.
Destinasi wisata prioritas itu adalah Labuan Bajo (NTT), Danau Toba (Sumatra Utara), Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika (NTB), dan Likupang (Sulawesi Utara). Direktur Standardisasi Perangkat Pos dan Informatika Kominfo Mulyadi mengatakan, layanan 5G akan hadir di IKN untuk mewujudkan visi IKN sebagai Asia’s Digital Hub atau pusat layanan digital yang untuk wilayah Asia. Sehingga untuk mengembangkan layanan 5G, Kominfo telah membentuk task force atau satuan tugas (satgas).
Salah satunya untuk penyediaan spektrum yang sangat dibutuhkan untuk layanan pengembangan 5G di Indonesia. Spektrum merupakan hal utama yang dibutuhkan untuk mengembangkan 5G di Indonesia. Berdasarkan kajian yang sudah disusun, Indonesia membutuhkan spektrum dengan frekuensi 1882 MHz hingga 2024. Tapi, pemerintah menargetkan harus tersedia 2047 MHz hingga 2024. Sampai tahun lalu, pemerintah sudah mendapat 576 MHz. Masih ada 1280 yang sedang disiapkan untuk digunakan kebutuhan layanan 5G sampai 2024.
“Jadi dari 2020 sampai 2024, kemenkominfo bertugas untuk menyiapkan spektrum baru 767 MHz,” katanya dalam "Webinar The Series Sobat Cyber Indonesia" dengan tema: "5G Indonesia 2021 : Bagaimana Ekosistemnya?" kemarin. Saat ini, frekuensi radio yang tersedia atau existing adalah 450/800/900/1800 MHZ dan 2,1/2,3/5 GHz. Mulai 2021 beberapa pita frekuensi tersebut, bisa diutilisasi dimanfaatkan untuk layanan 5G. “Sudah digunakan untuk broadband saat ini,” lanjut dia.
Selain itu, ada beberapa opsi frekuensi radio yang dipersiapkan Kominfo untuk mengembangkan layanan 5G. Yakni frekuensi 700 MHz yang saat ini sedang digunakan televisi analog. Pemerintah melalui UU 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, menyatakan bahwa pada 2 November 2022, televisi analog akan berakhir dan beralih ke televisi digital. “Jadi analog switch off dimulai. Diharapkan di 2022 sudah tersedia frekuensi untuk 5G di 700 MHz,” ungkap Mulyadi.
Frekuensi selanjutnya, 2,6 GHz. Yang paling lambat 2025 sudah tersedia. Saat ini, frekuensi itu digunakan televisi satelit. Serta frekuensi 3,3 dan 3,5 GHz yang diharapkan paling lambat 2023 sudah bisa digunakan. “Jadi, ada beberapa opsi yang dipertimbangkan. Jika belum berakhir masa izinnya pemerintah itu harus memberikan kompensasi. Jadi pilihannya memberikan kompensasi atau menunggu masa izinnya berakhir. Ini masih menjadi tugas task force, mudahan akhir tahun ini bisa diputuskan,” harap dia.
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Jamalul Izza mengatakan, yang dibutuhkan masyarakat adalah layanan internet berkecepatan tinggi. Baik itu layanan 5G ataupun 4G. Apalagi menurut data yang dihimpun APJII, kebanyakan masyarakat yang mengakses layanan internet untuk menggunakan media sosial. Yang digunakan untuk mengunggah video maupun foto di media sosial. Maupun melakukan layanan panggilan video melalui ponsel pintar mereka.
“Mereka (masyarakat) tidak perlu 5G atau 4G yang penting internetnya cepat. Apalagi masyarakat di pelosok. Mereka enggak peduli, yang penting daerah mereka ada internet cepat. Sehingga, kita mendorong teknologi internet bisa cepat melalui layanan 5G ini,” kata dia. (kip/riz/k15)
