Air Mata Jannah

- Rabu, 27 Januari 2021 | 10:33 WIB

Yusuf akhirnya hanya bisa pasrah. Menenangkan istrinya yang menangis sampai subuh, di beranda Masjid Al Falah, di puncak bukit tanjakan Gunung Tangga, jalan poros Samarinda-Bontang itu.

 

Gigitan nyamuk, jalanan macet tak bergerak di sepanjang jalan di hadapan masjid itu tak mengusiknya lagi. Hujan turun pelan, air mata Jannah terus mengalir. Seperti ada sesuatu yang menghunjam jantung Yusuf, rasa sakit karena tak berdaya.

Bersama hujan deras yang turun sore itu, sebuah kabar mengejutkan tiba. Tak ada kabar sakit sebelumnya, tiba-tiba ibu mertuanya dikabarkan meninggal, di kampungnya di Loa Kulu. Yusuf dan Jannah yang membuka usaha warung sudah tiga setengah tahun ini di Gas Alam, Muara Badak. Mereka bergegas, menutup warung kecil itu, kemas-kemas dan berangkat. Jannah sempat menangis histeris. Pingsan sebentar. Yusuf sebisa-bisanya menenangkan.

Hujan masih turun. Sepasang suami-istri itu tetap berangkat. Macet panjang di sepanjang Tanah Datar; paduan jalan rusak parah, parit yang rata dengan jalanan, dan air yang meluap sebab limpahan dari lahan tambang terang-terangan di kiri-kanan jalan itu.

Megapro tua Yusuf harus menyempil di sela-sela kendaraan besar di jalan rusak itu. Di balik jas hujan, Jannah terus menangis. Yusuf mengusap-ngusap wajahnya yang basah kuyup, agar tetap bisa melihat jelas, sembari mengendalikan motornya. Menerabas banjir yang menutupi lubang jalan yang dalam. Beberapa kali mereka hampir terjatuh.

Magrib itu baru mereka bisa menerobos macet panjang tersebut. Kendaraan masih mengular dari Tanah Datar sampai Bandara APT Pranoto. Namun, apalah daya sebisa-bisa ia mencari jalan, hujan deras yang mengguyur menyebabkan banjir parah di Samarinda. Begitu akan turun menuju simpang Lempake, seluruh permukaan jalan sudah berubah jadi sungai. Air di mana-mana.

Beberapa motor mogok, terendam sampai ke jok, didorong pemiliknya. Kendaraan-kendaraan yang lain berbaris terkunci di tengah jalan, tak bisa bergerak. Suara aneka klakson, serapah bersahutan, dan suara sirene ambulans yang meminta prioritas jalan tak bisa berkutik. Turut terjebak dalam barisan panjang kemacetan.

“Kayak apa ini bang? Mamakku bang, mamakku bang?” Jannah merengek di punggung Yusuf. Yusuf menahan-nahan diri untuk tidak menangis.

“Kita salat dulu, doakan aja Dik. Mau gimana lagi. Kita berdoa saja. Kita doa buat mamak. Juga supaya banjir cepat surut.”

Yusuf memutar balik motornya, menuju masjid hijau di atas tanjakan jalan itu. Di teras dan halaman masjid sudah ramai orang-orang senasib terjebak dan menunggu banjir reda.

Tak khusyuk Yusuf sembahyang, gelisah memikirkan keadaan mereka. Begitu usai salat, bergegas ia mencari-cari truk atau pikap yang siapa tahu mau ditumpangi mengangkut mereka.

“Wah masih gak berani Mas, banjirnya dalam betul di depan sana. Lagian ini macet panjang mana bisa lewat,” kata seorang sopir menolak tawaran Yusuf yang meski sudah memelas, serta mau membayar sekalipun. Kota Tepian sudah berubah jadi tengah lautan. Sopir-sopir bergeming.

Dia kembali ke masjid. Menemui istrinya yang masih menangis. Di sebelahnya seorang ibu yang juga menangis. Baju ibu itu basah sehabis kehujanan, sebab sama seperti Yusuf, ia sempat mencari-cari tumpangan. Ibu itu dari Sangatta, akan naik pesawat dari Balikpapan ke Jogjakarta. Menemui anaknya yang sudah dua tahun ditinggalkan di kampungnya di Jawa. Tiket sudah terbeli dari uang yang susah payah dikumpulkan. Ibu itu menangis sebab tiket itu terancam hangus. Travel yang membawanya tak bisa mengantar sampai ke Balikpapan, hanya bisa paling jauh di masjid itu, akibat banjir yang melanda Samarinda. Kota yang tak hanya sebuah kota, tapi ibu kota sebuah provinsi yang jadi jalur perlintasan antarkabupaten/kota lain.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X