Ancaman Krisis Gizi di Tengah Pandemi, Abaikan Pola Asuh Sebabkan Kematian

- Senin, 25 Januari 2021 | 11:06 WIB

Pandemi Covid-19 berdampak ke berbagai hal. Salah satu yang menjadi ancaman adalah krisis gizi di Kaltim. Faktor ekonomi imbas wabah tersebut jadi salah satu penyebab. Namun, faktor dominan adalah salahnya pola asuh orangtua terhadap anak.

 

FRANSISCA Sitorus mengaku heran. Di tengah dunia yang semakin modern. Namun, masih ada orangtua yang abai hingga kurang pengetahuan dalam merawat anak. Bahkan, tak memerhatikan tumbuh kembang anak.

Ahli gizi dari Puskesmas Gunung Sari Ulu, Balikpapan Tengah, itu menyebut, dalam kasus tertentu ada orangtua yang terlalu percaya diri. Merasa sudah memberikan asupan yang cukup untuk anak mereka. Seperti yang ditanganinya saat ini. “Si ibu merasa yakin bayinya cukup ASI (air susu ibu),” ujar Sisca, biasa disapa.

Namun, dalam pemeriksaannya, si bayi ternyata divonis menderita gizi buruk. Setelah ditelusuri, ternyata sang ibu salah dalam proses memberikan ASI kepada bayinya. Sang ibu terlalu cepat memberikan ASI. Karena sudah merasa ASI di payudaranya habis sehingga asupan tidak tercukupi. “Cara menyusuinya ternyata salah. Seharusnya untuk menyusui bayi itu yang efektif 20–30 menit untuk masing-masing payudara,” ungkapnya.

ASI eksklusif memang dianjurkan untuk bayi usia 0–6 bulan. Hal itu disebut banyak menjadi patokan para ibu untuk tidak memberikan asupan alternatif pengganti ASI. Padahal, ada kasus di mana jumlah ASI yang diproduksi payudara tidak bisa memenuhi keperluan bayi. “Untuk penanganan dalam kasus ini, bayi akan diberikan asupan tambahan untuk menstabilkan kondisi dan berat badannya,” ungkap dia.

Sisca menyebut, kasus gizi buruk di Balikpapan Tengah pada 2020 sebanyak empat kasus. Kondisi yang ditemui memang lebih banyak diakibatkan oleh pola asuh yang salah. Sementara itu, kemiskinan yang kerap disematkan pada keluarga yang mengalami gizi buruk jarang ditemukan. “Dari kasus yang saya temukan, kondisi keluarga termasuk mampu,” ucapnya.

Dia menjelaskan, orangtua sebaiknya benar-benar memerhatikan tumbuh kembang anak. Mengenal fase perkembangan anak disesuaikan dengan usia. Sehingga bisa mendeteksi gangguan yang mungkin timbul pada masa-masa perkembangan bayi. “Misal dalam kasus yang ada, usia 3–4 bulan bayi seharusnya bisa tengkurap atau berguling sendiri. Ternyata si bayi yang menderita gizi buruk hanya bisa berbaring saja,” jelasnya.

Kondisi fisik, berat badan dan tinggi badan juga bisa jadi patokan. Namun perlu diketahui, ada tiga jenis gizi buruk. Yakni marasmus, di mana bayi secara fisik kurus bahkan hingga tampak bentuk tulang karena kehilangan banyak massa otot dan jaringan lemak, kulit kering, terlihat lebih tua dari usianya, tampak tidak bersemangat atau lesu, dan wajah menjadi bulat seperti orangtua. “Tubuh bayi tampak hanya terbungkus kulit,” ujarnya.

Kedua ada kwashiorkor. Itu kebalikan dari marasmus. Di mana bayi tampak gemuk. Namun bukan karena seperti kelebihan gizi, melainkan karena pembengkakan. Rambut yang kering, jarang, dan rapuh, bahkan dapat berubah warna menjadi putih atau kuning kemerahan seperti rambut jagung. Perut membesar karena ada pembengkakan hati.

“Kalau dicubit, lama kembalinya,” sebut dia. Kemudian yang ketiga ada kombinasi, yakni marasmus-kwashiorkor. Keadaan itu mempunyai gejala campuran dari kedua kondisi tersebut.

POLA ASUH

Senada, ahli gizi dari UPT Puskesmas Mangkupalas, Samarinda, Saiba menyebut pola asuh yang kurang baik menjadi salah satu penyebab anak menderita gizi buruk. Namun, itu merupakan penyebab tidak langsung. Adapun penyebab langsungnya adalah ketidakseimbangan antara asupan makanan, baik jumlah dan mutu, maupun zat gizi yang tidak dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal.

“Biasanya karena adanya gangguan penyerapan akibat penyakit. Namun, keduanya (ketidakseimbangan asupan dan penyakit) saling memengaruhi,” kata Saiba.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X