Industri CPO dan Kayu Jadi Penyelamat

- Jumat, 22 Januari 2021 | 12:54 WIB
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kalimantan Bagian Timur (Kalbagtim) masih bisa memenuhi target penerimaan tahun lalu. Industri kayu dan kelapa sawit menjadi penyelamat.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kalimantan Bagian Timur (Kalbagtim) masih bisa memenuhi target penerimaan tahun lalu. Industri kayu dan kelapa sawit menjadi penyelamat.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kalimantan Bagian Timur (Kalbagtim) masih bisa memenuhi target penerimaan tahun lalu. Industri kayu dan kelapa sawit menjadi penyelamat.

 

BALIKPAPAN - Kabid Kepabeanan dan Cukai DJBC Kalbagtim Dwi Agus Prasodjo mengatakan, selama satu tahun kemarin realisasi bea masuk, bea keluar, dan cukai sebesar Rp 554,30 miliar. “Target APBN tahun lalu sebesar Rp 513,81 miliar artinya realisasi kami lebih tinggi. Namun, jika dibanding tahun sebelumnya realisasi kami menurun 8,68 persen,” katanya melalui virtual, Kamis (21/1).

Secara rinci, penerimaan bea masuk sebesar Rp 490,64 miliar, bea keluar Rp 62,78 miliar, dan cukai Rp 860 juta. Sedangkan untuk pajak impor, pihaknya berhasil menyerap Rp 1,4 triliun. Agus tidak menampik bahwa pandemi Covid-19 turut menggerus penerimaan. Meski tumbuh, target tahun lalu sudah dua kali mengalami perubahan. “Jadi menyesuaikan kondisi,” sambungnya.

Capaian positif ini lebih bagus dari 2019, di mana target penerimaan pada tahun tersebut sebesar Rp 628 miliar, namun hanya terealisasi sebesar Rp 606,9 miliar. Dari semua penerimaan, hanya bea masuk yang tidak sesuai target. Direktorat Jenderal Bea Cukai hanya mendapat Rp 572,2 miliar dari target Rp 609,1 miliar atau sekitar 93,94 persen.

Dwi menjelaskan, penerimaan untuk bea keluar dan masuk masih didominasi dari pertambangan. Namun, ada komoditas yang menunjukkan tren positif. Seperti, CPO dan kayu veneer. “Kayu dulunya plywood, kini sudah bergeser ke veneer. Dua komoditas ini menunjukkan kinerja positif selama tahun lalu. Sedangkan untuk bea masuk didominasi spare part dan komponen untuk proyek migas,” bebernya.

Untuk tahun ini, pihaknya memproyeksi penerimaan lebih rendah. Karena kondisi pandemi masih membuat sektor usaha menurun. “Covid-19 belum bisa dipastikan sampai kapan. Kondisi tersebut masih membuat dunia usaha diselimuti ketidakpastian,” tuturnya.

Target APBN, pihaknya belum menerima dari pusat. Kendati demikian, pihaknya memproyeksikan realisasi bea masuk, keluar, dan cukai menurun dibanding tahun lalu yakni Rp 472,78 miliar. Bea masuk sebesar Rp 447,78 miliar, bea keluar Rp 24,74 miliar, dan cukai sekitar Rp 250 juta.

Meski mengalami penurunan, ada tren positif lainnya. Kabid Fasilitas Kepabeanan dan Cukai Erwindra Rachmawan mengatakan, tahun ini justru ada penambahan fasilitas kepabeanan. Total ada enam perusahaan yang membangun kawasan berikat.

“Ada perusahaan yang sudah investasi duluan. PLB CPO, mereka sudah investasi untuk pengembangan bisnisnya nanti. Jadi, bukan wait and see, mereka investasi nyata. Investornya ini dari Inggris,” katanya.

Ia berharap, optimisme investor masih ada. Sehingga, ekonomi Kaltim bisa di jalur positif dan penerimaan pihaknya bisa meningkat. Selain itu, sektor migas juga masih bagus. Aktivitas bea masuk masih terus aktif. “Sektor CPO dan kayu kami harap bisa membantu penerimaan 2021 lagi,” tutupnya. (aji/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X