Waspada Bencana Hidrologi, Januari dan Februari Puncak Musim Hujan

- Kamis, 21 Januari 2021 | 10:22 WIB
Banjir di Kalbar.
Banjir di Kalbar.

JAKARTA– Waspada terhadap bencana hidrologi harus terus ditingkatkan. Sebab puncak musim hujan di wilayah Indonesia terjadi sampai Februari depan. Waspada terhadap potensi bencana seperti banji, tanah longsor, banjir bandang, perlu mendapt perhatian.

Peringatan atau informasi dini itu disampaikan peneliti Pusat Penelitian Limnologi LIPI Iwan Ridwansyah. ’’Mengenai bencana hidrologi, Indonesia akan mengalami puncak musim hujan pada Januari dan Februari,’’ katanya kemarin (20/1). Untuk itu dia menyampaikan masyarakat perlu menambah kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometrologi.

Kewaspadaan harus lebih ditingkatkan di daerah-daerah rawan bencana hidrometrologi. Seperti di daerah datarangan tinggi, lereng-lereng gunung, sampai di sekitarn aliran sungai. Dia mencontohkan bencana banjir di Kalimantan selatan mengakibatkan 27.111 unit rumah terendam. Kemudian ada 112 ribu lebih warga mengungsi.

Sementara itu di Kabupaten Sumedang terjadi bencana tanah longsor. Dia mengatakan untuk mengurangi dampak bencana hidrometrologi di masa depan, perlu perencanaan tata ruang kabupaten/kota yang baik. Daerah-daerah yang berada di titik potensi bencana yang tinggi, harus didesain ulang berdasarkan analisis ilmiah berbasis kebencanaan.

Kepala Pusat Penelitian Teknologi LIPI Eko Yulianto bahkan memberikan istilah bencana alam yang terjadi di Indonesia seperti arisan. Sebab bencana tersebut bisa terjadi di wilayah mana saja. Baik itu bencana longsor, banjir, gempa bumi, dan sebaiknya. ’’Seluruh wilayah Indonesia dipenuhi retakan-retakan akibat tektonik. Itu yang notabene menjadi sumber bencana gempa,’’ jelasnya.

Sayangnya dia mengatakan edukasi mitigasi bencana belum terlalu maksimal dijalankan. Apalagi perulangan gempa relatif cukup lama. Misalnya sampai 50 tahun. Sehingga membuat orang mudah melupakan terjadinya bencana alam seperti gempa.

Dia mencontohkan meskipun berada di zona rawan gempa, pendirian gedung atau rumah tidak mempertimbangkan faktor kebencanaan. Rumah atau bangunan di daerah rawan gempa tentunya harus mempertimbangkan ketahanan terhadap guncangan.

Sebaliknya banyak orang membangun rumah hanya memperhatikan aspek estetikanya. Dia mengatakan membangun ulang rumah dengan struktur gempa tentunya menelan biaya lebih mahal. Sehingga lebih baik sejak awal rumah atau bangunan didirikan dengan standar keamanan tahan gempa. (wan)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X