PROKAL.CO,
Meski dampak terhadap pertumbuhan ekonomi masih rendah, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki serapan tenaga kerja yang tinggi. Makanya sektor ini perlu mendapat perhatian ekstra agar membantu mempercepat pemulihan ekonomi.
SAMARINDA - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, sebanyak 81,25 persen dari total sampel UMKM menyatakan terdampak negatif akibat pandemi Covid-19. Hasil survei juga menunjukkan jika UMKM yang paling banyak terdampak adalah sektor pertanian sebanyak 46,15 persen. Disusul sektor industri pengolahan yang tercatat sebesar 32,69 persen.
Berdasarkan skala usahanya, UMKM skala usaha mikro yang paling terdampak pandemi Covid-19. Di sektor pertanian, UMKM skala mikro merupakan yang paling banyak terdampak pandemi, yakni sebesar 41,67 persen UMKM. Selanjutnya, diikuti skala micro subsistence sebesar 37,50 persen dan disusul usaha skala kecil dan menengah masing-masing sebesar 12,50 persen dan 8,33 persen.
Pada sektor industri pengolahan, pandemi paling memengaruhi usaha skala mikro dan kecil dengan porsi yang sama sebesar 35,29 persen, dan disusul usaha skala mikro subsistence sebesar 29,41 persen. Pengaruh terbesar pandemi Covid-19 pada UMKM skala usaha mikro di sektor perdagangan sebesar 70 persen, sedangkan pada UMKM skala kecil pada sektor yang sama sebesar 30 persen.
“Dampak pandemi terhadap UMKM sangat besar. Ini menjadi tantangan besar bagi kita untuk membuat sektor ini kembali tumbuh,” jelasnya Minggu (17/1). Dia menyebutkan, jumlah pelaku UMKM Bumi Etam mencapai 300 ribu atau terbesar kedua di Kalimantan. Sektor yang mendominasi UMKM Kaltim adalah perdagangan besar dan eceran.