Mengundang dan Mengusir Banjir

- Jumat, 15 Januari 2021 | 13:14 WIB

Bambang Iswanto

Dosen Institut Agama Islam Negeri Samarinda

 

 

DALAM sepekan terakhir, akun media sosial warga Samarinda kompak dibanjiri berita banjir. Isinya adalah rekaman-rekaman CCTV di beberapa titik kota terpantau memotret kondisi lumpuhnya aktivitas masyarakat yang menggunakan jalan.

Pemandangan beberapa ruas jalan yang dipenuhi air hujan seperti pemandangan sungai dadakan. Dan semakin “dramatis” dengan tambahan hiasan keramik pelapis median jalan. Terlihat seperti kolam keramik hitam putih buatan yang sangat luas.

Potret banjir tersebut baru sebagian kecil dari potret besar yang belum terekam CCTV. Beberapa daerah dan perkampungan yang menjadi langganan banjir banyak yang tidak terpublikasi. Rumah mereka dimasuki dan terendam air selama beberapa jam bahkan ada yang hitungan hari.

Bisa dibayangkan betapa sedihnya warga yang terdampak banjir. Harta banyak yang rusak akibat terjangan banjir, tempat tinggal menjadi kotor akibat endapan lumpur, aktivitas lain terhenti karena tidak bisa meninggalkan rumah, dan seterusnya.

Hujan deras bagi sebagian orang bukan dianggap sebagai berkah lagi. Justru disambut dengan kekhawatiran datangnya banjir. Hujan deras sebentar, rumah-rumah mereka terendam.

Begitu pun bagi pengguna jalan, hujan di Samarinda sering menjadi momok menakutkan. Perjalanan akan terhambat sampai tujuan. Pulang ke rumah, menjadi perjalanan berat dan memakan waktu berjam-jam. Bukan karena panjangnya rute yang dilewati, tetapi karena terjebak macet.

Namun, anehnya kejadian terjadi berulang-ulang. Sudah sering menjadi headline pemberitaan media lokal dan nasional. Dan dijadikan bahan janji-janji kampanye yang paling seksi dalam pemilihan wali kota. Atau sering dijadikan prioritas program dalam anggaran pemerintahan.

Di setiap periode pemerintahan selalu dibahas. Fakta di lapangan menunjukkan banjir masih belum teratasi. Alih-alih berkurang, yang terjadi justru semakin bertambah parah. Banyak daerah baru yang sebelumnya tidak terkena banjir menjadi daerah rawan banjir baru.

Padahal sudah banyak pembahasan oleh para awam sampai para pakar bagaimana cara mengatasi banjir. Nyatanya, sekali lagi hasilnya masih terlihat nol bahkan minus, karena bertambah parah.

Samarinda dengan slogan Kota Tepian, harusnya menunjukkan citranya sebagai kota yang rapi, indah, aman, dan nyaman. Slogan itu harus diwujudkan dengan memperbaiki keadaan banjir.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X