Media, Raffi Ahmad, dan Pengawalan Vaksinasi Covid-19

- Jumat, 15 Januari 2021 | 09:24 WIB

Oleh: Amir Machmud NS

 

KASUS indisipliner protokol kesehatan Raffi Ahmad setelah menjalani pemberian vaksin, Kamis 14 Januari kemarin merupakan “produk kolaborasi” media sosial dan media mainstream. Dari sebuah unggahan medsos, Raffi dan sejumlah pesohor diketahui menghadiri pesta ulang tahun Sean Gelael. Disebut-sebut pula Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok hadir dalam kerumunan tanpa menggunakan masker itu.

Kejadian itu menjadi diskusi publik setelah media-media memberitakannya. Menarik, karena belum berselang lama Raffi menjadi influencer Istana sebagai “duta vaksin” bersama-sama dengan Presiden Joko Widodo.

Otoritas Istana dikabarkan sudah menegur sang artis. Aneka analisis pun mengemuka, mengaitkan bias penggunaan influencer ini dengan politik seremoni dan pencitraan. Muncul pula pernyataan, opini efektivitas vaksinasi Covid-19 bisa terkacaukan apabila Raffi mengalami infeksi virus.

Walaupun berbeda persoalan, kejadian itu mengingatkan beberapa tahun silam, ketika seorang aktor tertangkap tangan sedang berpesta narkoba, hanya beberapa jam setelah mengampanyekan sikap antiobat-obatan terlarang sebagai Duta Narkoba.
Covid-19 telah menebarkan kecemasan sebagai pandemi yang membayangi kehidupan kita sejak awal 2020. Kehati-hatian dalam interaksi sosial kemasyarakatan dengan segala protokolnya merupakan pola perilaku baru yang harus diadaptasi semua orang.

Kedisiplinan menjadi kunci untuk menjalani 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak). Pemvaksinan menjadi tahapan yang sudah ditunggu lebih dari setengah tahun ini, yang diharapkan bisa memberi ketenangan terhadap pencegahan dari kemungkinan-kemungkinan keterpaparan virus Corona. Awalnya sempat berlangsung “perdebatan” tentang siapa yang siap menjadi
“sukarelawan” untuk pertama kali divaksin.

Istana menggagas perlunya tokoh pelopor, ditambah influencer yang bisa menjadi panutan, agar memunculkan rasa mantap dan kepengikutan dalam kampanye vaksin. Dan, dari hakikat efektivitas komunikasi massa, kecerobohan Raffi Ahmad telah merusak kepercayaan tentang tujuan kepengikutan itu. Dari sisi ini, bagaimana seharusnya media mengawal?

Fungsi Edukasi

Eksplorasi dan blow up kasus Raffi dan Ahok terkait indisipliner ini merupakan bagian dari fungsi pers untuk mengedukasi, menginformasikan, dan menjalankan kontrol sosial. Ketika banyak sisi liputan yang dikembangkan oleh media, hal itu menguatkan peran pedidikan yang menyasar bukan hanya pemerintah, tetapi juga para pengamat sosial-politik, dan masyarakat.

Pertama; Istana diingatkan untuk menyiapkan kebijakan dan langkah secara detail, mempertimbangkannya dari semua aspek. Seremoni memang merupakan bagian dari sosialisasi tentang penanda sebuah momentum, tetapi arah dan prakiraan efektivitasnya harus tetap diprioritaskan. Akan menjadi kontraproduktif manakala aspek-aspek lain seperti konsistensi pengawalan seremoni itu diabaikan.

Pemerintah seharusnya menyadari, kontrol bisa berlangsung seketika lewat pemanfaatan aneka platform media sosial, yang selanjutnya menggulir viral di media massa. Jangan mengadalkan kerja buzzer untuk melawan opini publik yang berkembang, karena berpotensi menjadi bumerang dalam penilaian kinerja demokrasi. Selanjutnya, penegakan hukum yang terkait dengan pelanggaran protokol kesehatan ini juga harus menghindarkan sikap pandang bulu.

Kedua; para analis sosial-politik, khususnya yang berbaju akademisi, patut menyikapi kasus ini untuk menguji kejernihan dan objektivitas padangan-pandangannya. Jangan diskriminatif dalam menanggapi kasus-kasus pelanggaran protokol kesehatan. Tak peduli mereka yang berasal dari lingkaran kekuasaan atau yang berkecenderungan oposisi, penilaian kritis tetap harus disampaikan. Yang harus dimahkotakan adalah orientasi kesehatan masyarakat.

Ketiga; bagi masyarakat luas, kasus Raffi Ahmad menjadi pembelajaran penting. Kita boleh mengikuti “ajakan” para tokoh pemerintah atau pesohor dalam menyikapi sesuatu, namun nalar kritis harus tetap diasah terhadap perilaku perseorangan yang terkadang tidak tepat.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X