Wajar jika ada masalah dengan dunia pendidikan saat ini. Pasalnya, kegiatan pembelajaran tatap muka (KPTM) yang digadang-gadang kembali dilaksanakan, tak dapat “lampu hijau” dari Satgas Covid-19 dengan alasan mementingkan kesehatan. Sementara daerah pinggiran masih kesulitan jaringan.
SAMARINDA–Upaya kegiatan belajar-mengajar (KBM) tatap muka sebenarnya sempat dilakukan di Kota Tepian. Namun, angka penyebaran kasus yang masih mengalami kenaikan di sejumlah wilayah membuat sekolah tatap muka diurungkan.
Ditundanya pembelajaran secara langsung membuat murid dan tenaga pengajar kembali menggunakan sistem online. Namun, dalam prosesnya ada kendala yang kerap dihadapi. Sama seperti KBM dalam jaringan (daring) sebelumnya. Belum meratanya jaringan internet di ibu kota Kaltim, atau yang biasa disebut blank spot. Jika jaringan internet belum merata, proses belajar para peserta didik tak optimal.
Masalah klasik itu sebenarnya sudah pernah muncul ke permukaan. Sempat dibahas Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda hingga lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda. Namun, belum ada penanganan khusus untuk mengentaskan masalah blank spot.
Harian ini kembali mempertanyakan penanganan masalah klasik itu ke Sekretaris Kota (Sekkot) Samarinda Sugeng Chairuddin. Pria yang juga menjabat ketua tim anggaran pemerintah daerah (TAPD) itu menyebut, jika TAPD belum membahas secara terperinci permasalahan blank spot. Upaya lain seperti menggandeng pihak ketiga yang merupakan provider jaringan telekomunikasi belum dilakukan. "Belum ada karena penganggaran jelas cukup besar," sebutnya.
Meski belum membahas secara terperinci masalah blank spot, Sugeng menyebut telah menerima laporan dari Disdik Samarinda. Untuk langkah penanganannya, TAPD nantinya akan kembali berkoordinasi dengan Disdik untuk mencari formula yang tepat, guna mengentaskan permasalahan blank spot. "Sudah beberapa kali rapat koordinasi. Masih dicarikan formatnya," tegas dia.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Samarinda Asli Nuryadi sudah pernah memberikan laporan ke pemkot. Terkait sebagian daerah yang masih kesulitan jaringan internet. Ada beberapa titik seperti di Makroman, Bukit Pinang, Berambai, dan Bantuas, dan kawasan ujung Lempake, Samarinda Utara. “Kalau memang ada yang kesulitan jaringan, mungkin belajarnya bisa berpindah ke tempat yang lebih baik. Sebenarnya ada jaringan, tapi sangat sulit. Kadang ada, kadang hilang,” ujar pria kelahiran Long Iram, 54 tahun silam.
Tak dimungkiri pula, biaya belajar lebih bengkak saat sistem daring. Pihaknya turut mengedukasi guru. Belajar dalam jaringan itu tak melulu lewat aplikasi tatap muka. (*/dad/dra/k8)