KNKT Sebut Paling Cepat Dua Hari Unduh Data Dari Black Box

- Rabu, 13 Januari 2021 | 13:24 WIB
Petugas memeriksa kantung jenazah berisi potongan tubuh korban pesawat Sriwijaya Air PK-CLC yang jatuh di perairan Pulau Seribu di Dermaga JICT, Jakarta, Senin (11/1/2021). Temuan tersebut kemudian dibawa ke RS Polri untuk di identifikasi. (Dery Ridwansah/ JawaPos.com)
Petugas memeriksa kantung jenazah berisi potongan tubuh korban pesawat Sriwijaya Air PK-CLC yang jatuh di perairan Pulau Seribu di Dermaga JICT, Jakarta, Senin (11/1/2021). Temuan tersebut kemudian dibawa ke RS Polri untuk di identifikasi. (Dery Ridwansah/ JawaPos.com)

JAKARTA– Kerja keras tim gabungan dalam operasi SAR Sriwijaya Air PK-CLC berbuah manis. Dalam empat hari, mereka sudah berhasil mendapatkan puluhan kantong jenazah, puluhan bagian pesawat, dan black box berisi flight data recorder (FDR). Kemarin sore (12/1) komponen penting yang dibutuhkan untuk menginvestigasi kecelakaan pesawat dengan rute Jakarta – Pontianak itu sudah diserahkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, keberhasilan tersebut sudah sesuai dengan arahan yang disampaikan Presiden Joko Widodo kepada dirinya kemarin siang. ”Penanganan harus cepat untuk mendapatkan black box, begitu juga jenazah korban, dan potongan pesawat,” ungkap Budi kepada awak media di Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Selain pesan tersebut, Jokowi meminta supaya hak-hak para korban segera dipenuhi serta investigasi kecelakaan itu dengan baik. Sehingga bisa jadi pelajaran yang bisa dimanfaatkan untuk mencegah kejadian serupa. Budi pun turut angkat jempol kepada tim yang mampu menemukan dan mengangkat black box dalam waktu empat hari. Temuan itu diyakini sangat berguna bagi KNKT yang melaksanakan investigasi.

-

 

Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menjelaskan, proses pengangkatan FDR aman. Penyelam yang bahu-membahu menemukan dan membawa kotak hitam itu dari dasar laut Kepulauan Seribu bisa melaksanakan tugas sesuai prosedur. Menurut Hadi, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono pertama kali mengabari dirinya berkaitan dengan temuan bagian FDR sekitar pukul 14.00.

Melalui laporan itu, Yudo memberi tahu kepada Hadi bahwa penyelam sudah menemukan pecahan underwater locator beacon yang berfungsi mengirim sinyal ping dari FDR. Berselang dua setengah jam, KSAL kembali mengabari Hadi. Kali ini dengan laporan yang langsung membuat mantan kepala staf Angkatan udara (KSAU) itu tersenyum lega. ”KSAL melaporkan kembali bahwa FDR sudah ditemukan,” jelasnya.

Tidak hanya itu, Yudo turut memberitahu bahwa penyelam juga menemukan satu underwater locator beacon lainnya. Itu menandakan satu black box lainnya yakni cockpit voice recorder (CVR) berdekatan dengan FDR. Namun demikian, dengan temuan tersebut, pencarian CVR oleh penyelam akan sedikit lebih berat. Sebab, mereka harus mencari kotak hitam itu tanpa panduan pengirim sinyal ping. Namun demikian, dia tetap optimistis CVR segera ditemukan.

Keyakinan itu muncul lantaran underwater locator beacon dari CVR ada di lokasi yang berdekatan dengan FDR. Hadi menegaskan, seluruh jajarannya akan mencari alat tersebut sampai ditemukan. ”Operasi belum selesai karena terus akan kami lakukan evakuasi korban. Termasuk dengan seluruh potongan bodi pesawat juga akan kami upayakan diangkat,” tegasnya. Pencarian hari kelima hari ini (13/1) kembali fokus pada jenazah korban dan satu kotak hitam yang belum ditemukan.

Dari penyelam, FDR diserahkan kepada panglima TNI kemudian diberikan kepada Badan SAR Nasional (Basarnas) dan diteruskan kepada KNKT. ”Kami mohon doanya agar pengunduhan data (dari FDR) bisa berjalan lancar. Sekali lagi, kami membutuhkan waktu dua sampai lima hari,” terang Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono. Dia memastikan bakal segera menginformasikan bila ada perkembangan dari proses investigasi yang dilakukan instansinya.

Kemarin KNKT telah merilis temuan awal dalam penyelidikan penyebab kecelakaan penerbangan Sriwijaya Air SJ-182 kemarin. Berdasarkan analisis awal data radar (ADS-B) dari Perum LPPNPI (Airnav Indonesia) ditemukan bahwa sistem dalam pesawat masih bekerja pada ketinggian kritis 250 kaki (76,2) meter.

Terekamnya data sampai dengan 250 kaki, mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data. ”Dari data ini kami menduga bahwa mesin masih dalam kondisi hidup sebelum pesawat membentur air,” kata Soerjanto di kantornya.

Selain itu, terdapat data yang didapat dari KRI Rigel berupa sebaran puing-puing (wreckage) yang memiliki besaran dengan lebar 100 meter dan panjang 300-400 meter. "Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air" tutur Soerjanto.

Sementara itu, sejauh ini KNKIT juga telah melakukan beberapa inspeksi terhadap bagian-bagian pesawat yang dikumpulkan oleh BASARNAS, salah satunya adalah bagian mesin yaitu turbine disc dengan fan blade yang mengalami kerusakan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X