PROKAL.CO,
WASHINGTON DC– Inaugurasi Joe Biden dipastikan bakal lebih sepi daripada Donald Trump empat tahun lalu. Bukan hanya karena persebaran virus SARS-CoV-2. Namun, ancaman muncul dari fanatik Trump.
’’Kami meminta semua warga AS tak datang ke Washington DC hanya untuk menyaksikan inaugurasi presiden ke-59. Berpartisipasi secara virtual saja,’’ tutur Wali Kota Washington Muriel Bowser sebagaimana yang dilansir Agence France-Presse.
Bowser tidak peduli meski yang datang adalah pendukung Biden. Dia tidak mau mengambil risiko seperti kerusuhan 6 Januari lalu. Saat itu dia harus memberlakukan jam malam gara-gara massa sayap kanan merangsek ke gedung Kongres dan mengganggu proses konfirmasi suara elektoral.
Biasanya, inaugurasi merupakan ajang pesta sekaligus pamer seorang presiden. Pemerintah biasanya memotret kerumunan dari angkasa untuk menunjukkan sesaknya taman di National Mall. Pada 2016, Trump sempat diejek karena mengedit foto demi membuat inaugurasinya penuh penonton. ’’Sebagai gantinya, kami akan memasang 191.500 bendera untuk mewakili penonton yang hilang,’’ ungkap Bowser.
Kekhawatiran Bowser beralasan. FBI sudah memperingatkan bahwa kelompok-kelompok ultrakanan berencana kembali melakukan demonstrasi. Beberapa kelompok disebut bersenjata. Bocoran yang beredar di media, kelompok garis keras seperti Boogaloo Boys berencana menyerbu ibu kota di 50 negara bagian dan ibu kota federal. ’’Satu kelompok bahkan mengancam Kongres bakal melakukan pemberontakan jika Trump dilengserkan melalui amandemen ke-25,’’ tulis FBI dalam memo internal yang dirilis ABC News.
Terkait itu, amandemen ke-25 memang sulit terjadi. Apalagi, Wakil Presiden AS Mike Pence, sosok pemegang kunci diaktifkannya amandemen tersebut, sudah berbaikan dengan Trump. Pada Senin (11/1), keduanya akhirnya bertemu. Karena itu, Demokrat langsung mengajukan proposal pemakzulan. Dalam dokumen setebal empat halaman tersebut tertulis, Trump perlu segera ditindak.