SANGATTA–Kedatangan vaksin Sinovac ke Indonesia belakangan ramai jadi perbincangan. Dianggap bisa memberi angin segar, tapi tak sedikit pula yang meragukan vaksin dari Tiongkok itu.
Apalagi vaksin tersebut sedang diuji coba. Sebagai orang nomor satu di Kutim yang mengemban amanah menjadi pelaksana tugas (Plt) Bupati Kutim, Kasmidi Bulang menyebut siap menjadi orang pertama yang akan disuntikkan vaksin tersebut. “Kalau itu wajib, saya pasti bersedia. Sesuai dengan instruksi Pak Presiden (Joko Widodo),” ujarnya. Ia menyebut sangat bersyukur karena awal tahun ini Pemkab Kutim bisa mendapatkan vaksin Covid-19 dengan jumlah yang terbilang banyak. Namun, hingga kini dirinya belum mendapatkan informasi resmi.
“Makanya saya berkoordinasi langsung dengan Kapolres Kutim, dalam satu dua hari ke depan akan segera menggelar rapat Satgas Covid-19. Membahas vaksin dan arahan yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah,” jelasnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kutim dr Bahrani Hasanal mengatakan, dari 25.520 vaksin Sinovac yang diterima Kaltim, rencananya Kutim kebagian 2.720. "Saya belum tahu kapan vaksin dibagikan. Masih menunggu informasi lebih lanjut," sebutnya.
Sebab, vaksin tersebut belum bisa didistribusikan dan digunakan. Serta masih menunggu izin pakai penggunaan darurat (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) secara nasional. "Kalau sudah terima informasinya, segera ditindaklanjuti," tegasnya.
Sebelumnya, permasalahan Covid-19 belum juga tertangani. Bahkan, lonjakan di Kutim cukup memprihatinkan. Berbagai cara telah dilakukan, termasuk penerapan protokol kesehatan di segala sektor. Harapan besar terhadap vaksin juga tak terelakkan. Apalagi sekarang penyebarannya sangat sulit terkontrol. Dalam sehari ada saja hasil uji swab yang menyatakan pasien positif di Kutim.
Bahrani mengatakan, pihaknya masih menunggu kedatangan vaksin tersebut di Kutim. "Apalagi arahan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) jangan tergesa-gesa. Karena ingin semua jelas," katanya.
Selama ini pihaknya hanya diminta menyiapkan petugas vaksinasi dan sasarannya. "Sekarang sudah kami siapkan. Tinggal menunggu saja. Kalau vaksin sudah tersedia bisa dilaksanakan," jelasnya.
Kriteria sasaran vaksin tersebut tak lain adalah petugas yang berada di garis depan penanganan virus tersebut. Di antaranya tenaga kesehatan, TNI-Polri dan lainnya. "Tetap diprioritaskan usia 18-59. Itu berdasarkan hasil uji coba. Nanti usia 60 tahun ke atas dan orang dengan risiko tinggi akan diberi vaksin. Termasuk anak-anak," bebernya.
Apabila BPOM menyatakan aman, baru bisa dipercaya. Karena IDI tahu produk vaksin itu baik. Bahkan, banyak terselamatkan dengan vaksin. Misalnya wabah cacar, polio dan lainnya. "Jangan sampai pentingnya vaksin tercederai dengan laporan keamanan dan lainnya, makanya harus dikawal," kuncinya. (dq/dra/k16)