TANJUNG REDEB–Ketua Yayasan Penyu Indonesia (YPI) Bayu Sandi mengatakan, penyelamatan satwa penyu di Bumu Batiwakkal selama 2020 menunjukkan dampak positif dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Menurut Bayu, indikatornya saat ini adalah dengan cara melihat tren penjualan penyu dan produk penyu yang saat ini sudah mengalami penurunan yang sangat signifikan dibanding 2019. “Penjulanan dan lainnya saat ini sangat menurun, apalagi melihat sempat ada kasus pembantaian penyu untuk dikonsumsi pada waktu itu ternyata tidak ditemukan secara langsung maupun adanya laporan pada 2020,” jelasnya. "Berbicara pelestarian penyu ada beberapa poin utamanya, penyunya langsung, telur dan karapasnya yang menjadi indikatornya," sambungnya.
Pada 2019, masih ditemukan beberapa outlet atau tempat di Bandara Kalimarau, di pasar Sanggam Adji Dilayas, dan lapak di Pulau Derawan yang menjajakan aksesori berbahan dasar karapas penyu. Namun, 2020 lalu, tidak lagi ditemukan. "Tetapi bukan berarti tidak ada ya, karena bisa saja ada kemungkinan masih memproduksi tetapi tidak terang-terangan seperti dulu," ujarnya.
Hilangnya display aksesori karapas penyu dari lapak-lapak baik di Pulau Derawan dan toko suvenir sudah menunjukkan adanya progres yang lebih baik. Untuk penjagaan di pulau-pulau penghasil penyu, sampai saat ini ada teman-teman YPI dan LSM lingkungan lain, serta aparat kepolisian dan angkatan laut yang selalu bersiaga.
“Menekan angka pencurian telur penyu masih menjadi bagian utama dari pelestarian satwa yang menjadi lambang Pemkab Berau itu. Di 2019 masih mendengar adanya pengamanan atau tangkapan pelaku perdagangan telur penyu, tetapi 2020 sudah tidak ada, mungkin masih ada tetapi bisa jadi jumlahnya jauh lebih sedikit,” sebutnya.
Ia berharap, sama-sama menjaga melestarikan penyu yang menjadi daya tarik wisata Berau, bisa dengan tidak konsumsi telurnya, tidak membeli aksesorinya, dan melaporkan jika menemukan ada perdagangan penyu dan produk turunannya. (kpg/aky/dra/k16)