“Ibu sempat WA (whatsapp) dan Mbak Nia bilang kalau delay setengah jam. Sedang tunggu pemberangkatan,” jelas Dwi.
Saat itu perkiraannya sampai di Pontianak, tujuan akhirnya, sekitar satu jam kemudian. Hanya saja, ketika dihubungi Nanik, gawai milik Rahmania tidak aktif. “Jam 3 (15.00 WIB, Red) punya fikiran kalau sudah tiba. Di telepon sudah tidak nyambung. Sekali, dua kali, tiga kali tidak bisa. HP cucunya juga tidak bisa,” tambah Dwi.
Setelah itu Nanik menghubungi menantunya, suami Rahmania. “Dan suami masih nangis. Dia bilang, istrinya di pesawat yang saat ini hilang kontak,” kata Dwi.
Dwi kemudian sempat browsing terkait kondisi pesawat nahas tersebut. Namun belum ada kabar dari media. Selanjutnya sebelum Maghrib, baru ada kabar bahwa pesawat benar-benar hilang kontak dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Duka mendalam juga dirasakan kerabat korban. Neny Sriwahyuni salah satunya. Sepupu Rahmania ini mengaku sangat kehilangan keluarga sekaligus teman ketika sekolah.
“Mbak Nia ini kakak kelasku saat SMP. Dulu saat masih sekolah saya sering dipinjami buku pelajaran. Anaknya pintar dan berprestasi,” ungkap Neny sambil berkaca-kaca.