“Sama seperti 2020, pada tahun ini masih mode bertahan. Enggak buru-buru keluarkan uang karena berisiko besar. Masih ada ketidakpastian dari pandemi,” ujar pria yang karib disapa Iyus itu.
Melihat keadaan dan ketidakpastian, Iyus mulai memahami jika komoditas atau kebutuhan utama adalah hal pasti. Sehingga tentu ada peluang usaha besar di sana jika pandai menangkap. Termasuk kesehatan yang saat ini jadi hal yang banyak diperhitungkan. Seperti masker yang saat ini sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat.
“Sebenarnya ini momentum bagus untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM). Kenapa? Karena saya lihat ada penurunan atau pergeseran market. Mereka yang menengah ke atas, sekarang di kelas menengah, begitu juga yang menengah jadi turun,” bebernya.
Dampak ekonomi memengaruhi keputusan untuk berbelanja. Sederhananya Iyus menyebut seperti orang yang biasanya memperhitungkan barang bermerk terkait gengsi, kini tak terlalu memusingkannya.
Market paling besar, disebutkan Iyus ada di kelas mikro. Perilaku konsumen berubah, adaptasi dari kondisi pandemi. Bagi konsumen, jelas terlihat dari pola perilaku yang memanfaatkan teknologi. Serba online.
Nah masalahnya, pelaku usaha tidak bisa serta merta migrasi dari offline ke online. “Ngomongin online itu ada infrastrukturnya juga. Butuh tim, butuh kemampuan membaca dan mengolah data,” ungkap pria kelahiran 1989 itu.