Potensi usaha hidroponik berusaha dia gencarkan. Termasuk ketika dia mempekerjakan dua tenaga pemasaran. Bergerilya menawarkan hasil kebunnya. “Ketika coba ke retail besar, saya enggak bisa sanggupin. Banyak permintaannya. Dan menariknya, ketika saya masuk ke segmen usaha pinggir jalan atau street food itu pembayarannya langsung,” sambungnya.
Termasuk ini sedang mengembangkan budidaya lele dan nila. Masih proses dan Iyus belum bisa memastikan bagaimana. Namun yang pasti, peluang itu dia ambil saat melihat banyaknya ibu-ibu yang antri berkerumun di lapak ikan setiap pagi. “Nah itu celah lagi, kalau anak muda bisa lihat peluangnya. Dibikinkan versi mudahnya seperti sistem online gitu kan, bisa,” sebutnya.
Beberapa usaha kuliner yang Iyus jalani, dia menyebut jika memang hingga saat ini belum kembali normal. Justru unit usahanya yang menyasar segmen mikro menunjukkan kenaikan 70 persen. “Belum 100 persen kayak normal, tapi lumayan. Beda dengan unit usaha yang kafe, tempatnya lebih besar, karyawan banyak, omzetnya jauh dengan yang pinggiran. Hanya 40-50 persen naiknya,” jelasnya.
Dari situ, Iyus menyimpulkan jika usaha pinggiran apalagi kuliner memang menjanjikan. Apalagi di tengah pandemi khususnya bagi mereka yang memang ingin cepat mendapat untung dari perputaran uang yang cepat. Iyus menilai sebaiknya jangan memulai usaha dari tren atau gengsi untuk saat ini. (rdm)