Hendra Daryanto, Buah Usaha dan Ketekunan

- Senin, 11 Januari 2021 | 13:08 WIB
JAJAL KULINER: Sejak 2012, coba melihat peluang di bisnis kuliner. Salah satu mimpinya, yakni bisa melebarkan sayap dan membuka cabang.
JAJAL KULINER: Sejak 2012, coba melihat peluang di bisnis kuliner. Salah satu mimpinya, yakni bisa melebarkan sayap dan membuka cabang.

Berangkat dari keluarga sederhana, Hendra sadar bahwa hidup adalah perjuangan. Sejak kuliah, dia melamar di perusahaan farmasi. Perlahan tapi pasti. Hidupnya berproses hingga kini menjadi distributor alat kesehatan se-Kaltim.

 

SEJAK kecil, Hendra sudah terbiasa mencari rupiah. Termasuk ketika ingin melanjutkan studinya ke jenjang kuliah, Hendra melakoni apa saja untuk membayar iuran semesternya. “Dulu pernah jadi loper koran. Pernah juga antar-jemput anak sekolah sampai jadi guru les. Apa saja, yang penting bisa jadi duit,” jelasnya.

Setelah lulus SMA di Solo, Hendra ikut kakaknya merantau ke tanah Kalimantan. Termasuk mendaftar kuliah di Universitas Mulawarman. Hendra pun melamar di perusahaan farmasi, setahun sebelum lulus kuliah, yakni pada 1997. Berinteraksi di lapangan, membuat kemampuan public speaking semakin terasah. Dia juga mengatakan, turut aktif dalam kegiatan organisasi kampus kala itu.

“Jadi mulai banyak belajar bagaimana interaksi dengan orang. Saat jadi sales di perusahaan farmasi itu, saya juga berusaha serap ilmu di divisi lain. Misal saya belajar juga bagaimana di admin, di gudang,” bebernya.

Berkat ketekunannya, pada 2003, Hendra dipromosikan dan naik jabatan. Ada tiga pilihan penempatan saat itu, Jakarta, Semarang, dan Surabaya. “Biar dekat sama rumah juga. Nah sekitar 2004, saya dihadapkan pilihan. Akhirnya memilih untuk resign dan kembali ke Samarinda,” jelasnya.

“Wah itu saya sempat dimaki-maki, saya sudah diperjuangkan untuk sampai ke level itu tapi malah saya resign. Dan saya tetap kukuh untuk keluar. Saat itu sempat mau bekerja ke bidang kehutanan saja di Samarinda sesuai dengan jurusan kuliah,” lanjutnya.

Singkat cerita, dengan memakai uang yang ada dia membeli sepeda motor. Lalu meminjam uang dengan istri untuk membuat perusahaan CV pada 2006. “Saya coba jadi distributor alat kesehatan. Berdasarkan link atau jaringan saat saya bekerja di bidang yang sama dulu. Keliling menawarkan barang saya,” ungkapnya.

Dari yang semula hanya mendapat omzet Rp 5 juta per bulan, hingga Rp 300–500 juta sebulan. Buah usahanya tak sia-sia. Hingga membeli rumah toko (ruko) dan kini menjadi distributor alat kesehatan se-Kalimantan Timur. “Paling banyak di Samarinda dan Balikpapan. Saat itu belum banyak yang usaha penyedia alat kesehatan. Keuntungannya memang besar, tapi cashflow-nya lambat,” jelas pria kelahiran 1974 itu.

Selama pandemi, usahanya turut terdampak. Tak main-main, omzetnya saat akhir tahun lalu hingga lima kali lipat dibanding hari biasa. “Memang yang paling banyak dicari itu masker, hand sanitizer, dan sarung tangan lateks. Tinggal bagaimana kami pintar-pintar cari supplier saat itu,” jelasnya.

Selain pengusaha alat kesehatan, pada 2012 saat pindah ke Ruko Grand Mahakam, Jalan Siradj Salman, Samarinda, Hendra menjajal usaha kuliner. Di depan tokonya Carendra Alkesindo Lestari, dia menjual kebab dan keroncong.

“Ya coba-coba, kalau keroncong baru 2020 ini karena lihat tren. Alhamdulillah bagus. Doakan semoga bisa buka cabang. Saya memang orangnya enggak bisa diam, jadi ya selama apa yang bisa dikerjakan, saya kerjakan,” pungkasnya lalu terkekeh. (rdm/ndu/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X