Voice of Baceprot dan Feby, Melawat Stigma, Dibuktikan lewat Karya

- Senin, 11 Januari 2021 | 13:01 WIB
Nur Qamila Febrysa
Nur Qamila Febrysa

Dalam skema musik Indonesia, all-female band selalu bermunculan. Namun, tidak semua bisa meraih kesuksesan plus simpati publik. Nama yang tenar bisa dihitung jari. Dara Puspita, kuartet pemusik perempuan pada 1960-an, terus dibicarakan hingga hari ini. Kesuksesan menembus pasar internasional membuat band itu sulit dikejar secara prestasi oleh all-female band lain.

 

 

MENDAPATKAN pengakuan dari basis Red Hot Chili Peppers Michael Balzary alias Flea dan sanjungan gitaris Rage Against the Machine Tom Morello, tidak langsung menaikkan pamor dan popularitas Voice of Baceprot (VoB). Ada “tembok” besar yang menghalangi VoB meski memperoleh testimoni dari superstar musik dunia tersebut. Menurut sang gitaris, Firda Kurnia, VoB melawan “arus besar” kultural di masyarakat Indonesia saat ini.

Firda dan dua rekannya di VoB, Euis Siti Aisah (drumer) dan Widi (basis), memainkan musik metal di atas panggung. Kemudian, menurut Firda, penampilan mereka yang berjilbab membuat VoB mendapat cibiran, tentangan, dan kritik pedas dari pihak-pihak yang tidak setuju dengan identitas yang dipakai di atas panggung.

“Menurut saya, metal dan hijab adalah dua hal berbeda. Metal adalah genre musik, sedangkan saya memakai hijab karena saya seorang muslimah,” ujar Firda. “Saya memakai hijab sejak kecil, bukan untuk mencari sensasi. Bukan karena main musik metal, lalu pakai hijab,” tambahnya.

-

Voice of Baceprot (VoB).

Firda menyatakan, VoB terus melaju bersama cacian tersebut. Bahkan mereka berencana ingin dikenal publik yang lebih luas hingga dunia internasional serta menjadi the next Dara Puspita. Demi impian tersebut, mereka kemudian berguru kepada beberapa musisi senior di dunia metal. Mulai Stevi Item dari band DeadSquad hingga gitaris Musikimia Stephan Santoso.

“Sebelum metal, kami sempat mencoba banyak genre. Namun, selalu merasa ada yang kurang,” ungkap Firda. “Bagi kami, metal bukan hanya segi musik atau aransemen, tapi juga lirik. Bagian itu yang lebih kami tekankan untuk dibuat ‘keras dan metal’,” lanjutnya.

Terkait jilbab, metal, gender, dan usia yang selalu menjadi bahan cercaan buat VoB, Firda cuek saja. Band asal Garut itu ingin menunjukkan eksistensi dengan kembali melahirkan album. Dengan berkarya, VoB merasa all-female band bisa terus eksis di belantika musik Indonesia.

”Sejak awal terbentuk, kami sepakat menjadikan musik sebagai media bersuara sekaligus merekam jejak kiprah dan keberadaan kami. Tentu kami akan selalu berkarya sebagai perwujudannya karena manusia hanya dibatasi umur, sedangkan karya bisa tetap ada dan bersuara,” jelas Firda.

Di Samarinda, salah satu drumer yang juga berpenampilan mengenakan hijab adalah Nur Qamila Febrysa. Tak ada yang menyangka, di balik wajahnya yang ayu, dara kelahiran Samarinda, 5 Februari 2001 itu adalah penyuka musik keras. Ia adalah musisi yang kini bagian dari Legend Project, band Samarinda yang sudah malang melintang di industri musik.

Namun, siapa sangka, dara yang akrab disapa Feby itu bukan berpenampilan laiknya seorang musisi metal. Ia mengenakan pakaian serbatertutup. Tak dinyana, ia terampil memainkan tempo musik, membawa penonton terbawa suasana tabuhan drum yang dimainkan. Kepada Kaltim Post, perempuan yang masih tercatat sebagai mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Mulawarman (Unmul) angkatan 2018 itu bercerita, main drum sudah sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). “Les musik sekitar tiga bulan, selebihnya autodidak aja,” ungkapnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Maudy Ayunda Debut sebagai Produser Film KHD

Selasa, 7 Mei 2024 | 16:00 WIB

Rizky Febian-Mahalini Nikah Secara Islam

Senin, 6 Mei 2024 | 21:11 WIB

Sarwendah Menggugat Cerai Ruben Onsu?

Sabtu, 4 Mei 2024 | 09:17 WIB

Hikmah setelah Umrah Bareng

Kamis, 2 Mei 2024 | 10:55 WIB

Dewa 19 siap mengguncang Balikpapan, Minggu Ini

Sabtu, 27 April 2024 | 08:18 WIB
X