Umumnya teh berbahan daun teh. Yang diambil pucuknya. Kemudian dikeringkan lalu dikemas. Namun, Sri Lestari punya cara lain membuat teh. Dipercaya punya khasiat tinggi. Rasanya juga nikmat.
ROMDANI, Samboja
SUARNO sudah bertahun-tahun menderita diabetes. Bertahun-tahun pula mengandalkan suntik insulin agar tubuhnya tidak drop. Gula darah pun menjadi lebih stabil. Beraktivitas kala berjualan di Pasar Tangga Arung, Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar) menjadi lebih terjaga.
Namun tahun 2018, Suarno mendapatkan resep herbal. Dia percaya, resep tersebut mampu mengendalikan gula darahnya. Sehingga tak melulu disuntik insulin. Resep utamanya berbahan baku bawang sabrang atau lebih dikenal dengan nama bawang dayak. Kemudian ditambah serai dan kayu manis.
Setelah mendapatkan semua bahan baku itu di pasar, istrinya diminta untuk mengolah. Di mana bahan baku tersebut terlebih dahulu dikeringkan. Setelah empat-lima hari proses pengeringan, bahan tersebut dipotong-potong kemudian direbus. Lalu disaring untuk diambil airnya.
Sarinya kemudian diminum dalam keadaan hangat. Suarno pun mengaku mendapatkan khasiatnya. “Saya waktu itu (tahun 2018) ke Tenggarong. Mendatangi rumah orangtua saya (Suarno). Terus saya minta ke Bapak untuk suntik insulin, karena memang waktunya. Tapi Bapak malah menolak,” ucap Sri Lestari yang ditemui di rumahnya di Kelurahan Margomulyo, Kecamatan Samboja, Kukar, Jumat (8/1).
Suarno kala itu memberi tahu Sri, bahwa dirinya sudah berkurang menyuntikkan insulin ke tubuhnya. Berkat mengonsumsi teh yang terbuat dari bawang dayak, serai, dan kayu manis. “Kata Bapak, gula darahnya lebih stabil setelah rutin mengonsumsi teh itu,” ungkapnya.
Biasanya, kata dia, Suarno bisa setiap hari menyuntikkan insulin ke tubuh. Kini rata-rata hanya tiap tiga hari menyuntikkan insulin.
Sepulang dari Tenggarong, Sri pun mulai menyeriusi tanaman obat keluarga (toga). Dia menanam di pekarangan rumah. Mulai menanam di polybag hingga kaleng-kaleng bekas. Tiga bahan baku itu yang dia tanam, bawang dayak, serai, dan kayu manis.
Dia tak sendiri. Suaminya, Aiptu Rustam ikut membantu. Polisi yang bertugas di Polsek Kuala Samboja, Kukar yang juga bhayangkara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (bhabinkamtibmas) di Margomulyo itu mendukung istrinya. Ibu-ibu kader perkumpulan toga di Margomulyo juga ikut membantunya. Menyediakan bahan baku.
Terlebih Sri yang berprofesi sebagai bidan di RSUD Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja tentu punya kesibukan tersendiri. “Dibantu oleh suami saat lagi libur atau sebelum berangkat kerja. Sama-sama menanam bahan bakunya,” beber dia.
Seperti Suarno, Sri bersama Rustam kemudian mulai rutin mengonsumsi teh herbal buatannya sendiri itu. Khasiatnya pun juga mulai dirasakan. “Nyaman di tubuh. Badan juga terasa lebih segar,” ucapnya.