Terpuruk Lagi saat Mulai Bangkit, Perhotelan Bakal Terpukul

- Sabtu, 9 Januari 2021 | 13:37 WIB
Suasana Lippo Mall Puri, Jakarta, Senin (15/6/2020), ketika Pemprov DKI Jakarta menerapkan PSBB. (Dery Ridwansah/JawaPos.com)
Suasana Lippo Mall Puri, Jakarta, Senin (15/6/2020), ketika Pemprov DKI Jakarta menerapkan PSBB. (Dery Ridwansah/JawaPos.com)

Pelaku usaha agaknya dipaksa mengeluarkan “jurus” tambahan untuk menghadapi pandemi. Mobilitas yang terbatas mengakibatkan turunnya permintaan. Kini pembatasan sosial kembali diterapkan.

 

SEJATINYA pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sudah diterapkan di Jakarta. Kini pengusaha dihadapkan pada pembatasan baru di Jawa dan Bali. Pengusaha menilai, langkah tersebut berpotensi kontraproduktif terhadap pemulihan ekonomi.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan berkaca dari pengalaman PSBB di Jakarta, indeks keyakinan konsumen dan pertumbuhan penjualan ritel menurun. “Karena bagaimanapun pembatasan itu akan berpengaruh pada confidence konsumsi masyarakat,” ujar Shinta, (6/1).

Shinta menegaskan, pemerintah juga perlu berfokus pada disiplin protokol kesehatan di masyarakat. Menurut dia, pengendalian dengan memberlakukan PSBB jika protokol kesehatan masyarakat masih kendur maka langkah tersebut tidak akan efisien. “Pengendalian jangka pendek dan tidak sebanding dengan disrupsi yang terjadi pada kegiatan ekonomi,” tambahnya.

Semakin disayangkan, lanjut Shinta, pembatasan baru diterapkan saat para pengusaha tengah berakselerasi mengejar recovery. “Semua sedang meningkatkan kinerja usaha, ekspor, dan investasi karena pasar global mulai pulih,” urainya.

Kabar pembatasan baru, juga direspons negatif oleh pengusaha perhotelan dan restoran. Wakil Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bidang Restoran Emil Arifin mengatakan, pengusaha perhotelan sudah mengerahkan berbagai cara untuk menghadapi keterpurukan demand karena PSBB.

Ditambah dengan pembatasan baru, Emil memprediksi kondisi akan semakin berat bagi pengusaha. “Sudah ada PHK (pemutusan hubungan kerja), mengurangi menu, mengurangi sewa, restrukturisasi pinjaman, segala macam sudah kita lakukan untuk survive. Lalu sekarang, bisa jadi semakin parah kondisinya,” ujar dia.

Pada kesempatan terpisah, Wakil Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menceritakan ada beberapa hotel yang bahkan memilih tidak beroperasi sementara untuk menekan kerugian. “Sulit jika harus bertumpu pada pendapatan kamar. Dengan ada PSBB, restoran, ballroom, ruang konferensi dan ruang rapat hotel tidak boleh beroperasi,” tegasnya.

Sementara itu, dari kacamata ekonom, Direktur Eksekutif Institute Development of Economics and Finance Tauhid Ahmad mengatakan, pemulihan ekonomi nasional akan memerlukan waktu yang lebih panjang dengan adanya pembatasan baru.

Bahkan, Ahmad menilai, pemulihan ekonomi belum akan terjadi pada 2021. “Bisa jadi mundur lagi ke 2022. Apalagi Jawa dan Bali memiliki kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Sekitar 60 persen,” ujarnya.

Pemprov DKI Jakarta sangat menyambut baik rencana PSBB di Jawa dan Bali yang berlangsung 11–25 Januari. Hal itu disampaikan Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria di Balai Kota, Jakarta Pusat, kemarin (6/1). “Sejujurnya, kami sendiri di Pemprov DKI sudah memberlakukan pengetatan PSBB transisi. Dan kemarin, Pak Gubernur (Gubernur DKI Anies Baswedan) sudah memimpin (rapat). Intinya, akan ada pengetatan di Jakarta yang akan kami bentuk segera,” terangnya.

Selain itu, Riza menyebut sudah meminta kepada pemerintah pusat untuk menyampaikan beberapa hal. Utamanya, terkait penanganan Covid-19 di Jabodetabek ke depan. “Jadi, ada beberapa hal yang akan kami sikapi dan kami minta kepada pemerintah pusat dan daerah untuk ada integrasi yang lebih baik dan optimal lagi,” katanya.

Lebih lanjut, dia menyebut, pengetatan di Jakarta atas arahan pemerintah pusat bukan kali ini saja. Menyambut libur panjang Natal dan tahun baru, Riza menyebut, Jakarta juga mendapatkan arahan untuk dilakukan pengetatan tambahan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X