Industri Perkapalan Kaltim Berpeluang Bangkit

- Rabu, 6 Januari 2021 | 09:49 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Industri perkapalan tahun ini berpeluang bangkit seiring melonjaknya permintaan pengiriman FAME untuk campuran solar.

 

SAMARINDA - Industri pelayaran nasional turut merasakan tekanan di masa pandemi Covid-19. Penerapan aturan pembatasan sosial dan penutupan pelabuhan membuat kapal angkutan penumpang mengalami penurunan hingga 75-100 persen, sementara untuk sektor kontainer hingga kapal offshore mengalami penurunan 20-50 persen. Namun, tahun ini bisnis tersebut bakal bangkit.

Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Indonesian National Shipowners Association (INSA) Zaenal Arifin Hasibuan mengatakan, sebelum pandemi kesulitan di dunia pelayaran sudah dirasakan hampir seluruh pelaku usaha. Termasuk di Kaltim. Sebab, saat ini dunia pelayaran masih dihadapkan sejumlah tantangan besar, seperti tingginya harga bunker bahan bakar low sulphur.

Tak ketinggalan masih tingginya bunga bank untuk pembangunan kapal yang membuat pelayaran di Tanah Air kian tidak kompetitif. “Dunia pelayaran memang sudah sulit dengan berbagai tantangan, lalu ditambah dengan penyebaran Covid-19 yang membuat barang dan manusia yang selama ini diangkut menurun drastis,” jelasnya, Senin (4/1).

Namun, optimisme tetap harus ada pada 2021. Karena tetap ada sejumlah peluang yang bisa dimanfaatkan para pelaku usaha industri pelayaran. Dalam proyeksi INSA, pelayaran nasional masih memiliki sejumlah peluang makro yang bisa ditangkap dan mengoptimalkan kinerja perusahaan pelayaran.

Setidaknya terdapat lima peluang utama, yakni kebijakan beyond cabotage (penggunaan kapal nasional), angkutan fatty acid methyl ester (FAME) setelah pemerintah menetapkan B40, wisata bahari, pemindahan ibu kota negara, serta pengiriman material mentah dan BBM. “Kita harus manfaatkan peluang itu, sehingga tren pemulihan akan terjadi tahun ini,” tuturnya.

Menurutnya, peluang dari beyond cabotage masih terbuka. Yakni pemerintah memberdayakan pelayaran untuk angkutan ekspor guna mengurangi defisit transaksi jasa. Kebijakan beyond cabotage ini sudah dari jauh-jauh hari sebelum pandemi dan mengharapkan adanya kesetaraan level dengan pelayaran internasional agar pengusaha nasional dapat berdaya dalam aktivitas pengiriman.

“Sehingga pelayaran kita tidak didominasi kapal asing. Ini merupakan peluang pertumbuhan industri kapal,” ungkapnya.  Peluang lainnya datang dari pengangkutan FAME yang menjadi bahan campuran dari kelapa sawit untuk membuat biosolar. Pemerintah baru saja menetapkan kewajiban B30 menjadi B40. Hal itu akan mendongkrak pengiriman logistik dari kelapa sawit. “Kita optimistis tahun ini akan lebih baik. Tapi pelaku usaha harus bisa melihat peluang agar sektor ini berpeluang bangkit,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X