PROKAL.CO,
SETELAH sepuluh bulan berjuang melawan pagebluk virus corona, Kaltim menutup 2020 dengan angka pengangguran meningkat. Juga, kinerja ekonomi yang minus. Catatan negatif itu kemudian memunculkan spekulasi. Kondisi Kaltim; apakah lebih buruk atau mulai membaik dan perlahan menguat pada tahun ini. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, kinerja ekonomi provinsi ini pada Triwulan II dan III 2020 telah menunjukkan perbaikan.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Kaltim Yusniar Nababan. Menurut dia, perbaikan kinerja pertambangan penggalian, perdagangan besar dan eceran, transportasi, hingga penyedia jasa akomodasi makan di pengujung tahun adalah pertanda baik. Menurutnya, sektor penggerak ekonomi Kaltim pada tahun ini masih dari pertambangan dan penggalian. Persentasenya sekitar 45 persen.
“Pembalikan arah atau turning point pada sektor dominan ini seyogianya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi positif bagi Kaltim dari minus 6,88 menjadi minus 6,69,” ungkapnya dalam diskusi daring yang digelar Kaltim Post, Kamis (17/12) lalu, yang mengusung tema Outlook Ekonomi Kaltim 2021: Ekonomi Kaltim Melejit Pasca-Pandemi. Diskusi yang disiarkan langsung melalui kanal media sosial Kaltim Post, seperti YouTube, Facebook, dan Instagram, merupakan bagian dari persembahan media ini ke pembaca setia di HUT Ke-33 Kaltim Post, (5/1).
Kembali ke Yusniar. Dikatakan, meski ada yang gulung tikar, tetapi tak sedikit sektor yang tumbuh di tengah pandemi. Contohnya jasa kesehatan, informasi, dan komunikasi. Sektor tersebut tumbuh dari perubahan gaya hidup masyarakat. Misalnya dari semula luar jaringan ke dalam jaringan. Kemudian, munculnya diversifikasi usaha oleh pelaku bisnis. “Ada yang mengalami adaptasi usaha, bisa dengan penambahan produk atau diversifikasi perusahaan," ucapnya.
Sektor yang mengalami diversifikasi, antara lain konstruksi, industri pengolahan, hingga penyedia jasa akomodasi makan. Dari produk primer, industri pengolahan kini beralih membuat produk turunan. Lanjut dia, indikasi secara umum turning point Triwulan III 2020 dari konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Kondisi ekspor-impor Kaltim juga tercatat surplus dalam tiga tahun terakhir. Sementara itu, inflasi tercatat 0,76 persen pada November lalu. “Kita sudah mengalami pembalikan arah, tapi kalau dari inflasi di bawah angka 1 ini indikasi pelemahan konsumsi masyarakat," ujarnya.
Yusniar menegaskan, kontraksi di ujung 2020 mengarah ke positif. Ibarat orang sakit, untuk sembuh, Indonesia, termasuk Kaltim butuh suplemen. Karena itu, negara sudah hadir memberikan vaksinasi dan bantuan. Persoalannya kini, tinggal bagaimana menggenjot daya serap anggaran. “Sebetulnya masih banyak ruang untuk perbaikan dari kebijakan anggaran,” ucapnya. Yusniar mengatakan, yang diperlukan saat ini melakukan identifikasi sebelum mengeluarkan kebijakan. Sehingga tahu harus bergerak kemana. Melihat dari sisi ekonomi bagaimana keterkaitan antar-sektor. Misalnya, sektor pertambangan akan berkaitan dengan sektor mana saja.