Kaltim Bangkit dari Turbulensi Pandemi

- Rabu, 6 Januari 2021 | 09:42 WIB
Daya beli memang masih menurun, namun warga sudah mulai membelanjakan uangnya ke pusat belanja.
Daya beli memang masih menurun, namun warga sudah mulai membelanjakan uangnya ke pusat belanja.

SETELAH sepuluh bulan berjuang melawan pagebluk virus corona, Kaltim menutup 2020 dengan angka pengangguran meningkat. Juga, kinerja ekonomi yang minus. Catatan negatif itu kemudian memunculkan spekulasi. Kondisi Kaltim; apakah lebih buruk atau mulai membaik dan perlahan menguat pada tahun ini. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, kinerja ekonomi provinsi ini pada Triwulan II dan III 2020 telah menunjukkan perbaikan.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Kaltim Yusniar Nababan. Menurut dia, perbaikan kinerja pertambangan penggalian, perdagangan besar dan eceran, transportasi, hingga penyedia jasa akomodasi makan di pengujung tahun adalah pertanda baik. Menurutnya, sektor penggerak ekonomi Kaltim pada tahun ini masih dari pertambangan dan penggalian. Persentasenya sekitar 45 persen.

“Pembalikan arah atau turning point pada sektor dominan ini seyogianya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi positif bagi Kaltim dari minus 6,88 menjadi minus 6,69,” ungkapnya dalam diskusi daring yang digelar Kaltim Post, Kamis (17/12) lalu, yang mengusung tema Outlook Ekonomi Kaltim 2021: Ekonomi Kaltim Melejit Pasca-Pandemi. Diskusi yang disiarkan langsung melalui kanal media sosial Kaltim Post, seperti YouTube, Facebook, dan Instagram, merupakan bagian dari persembahan media ini ke pembaca setia di HUT Ke-33 Kaltim Post, (5/1).

Kembali ke Yusniar. Dikatakan, meski ada yang gulung tikar, tetapi tak sedikit sektor yang tumbuh di tengah pandemi. Contohnya jasa kesehatan, informasi, dan komunikasi. Sektor tersebut tumbuh dari perubahan gaya hidup masyarakat. Misalnya dari semula luar jaringan ke dalam jaringan. Kemudian, munculnya diversifikasi usaha oleh pelaku bisnis. “Ada yang mengalami adaptasi usaha, bisa dengan penambahan produk atau diversifikasi perusahaan," ucapnya.

Sektor yang mengalami diversifikasi, antara lain konstruksi, industri pengolahan, hingga penyedia jasa akomodasi makan. Dari produk primer, industri pengolahan kini beralih membuat produk turunan. Lanjut dia, indikasi secara umum turning point Triwulan III 2020 dari konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Kondisi ekspor-impor Kaltim juga tercatat surplus dalam tiga tahun terakhir. Sementara itu, inflasi tercatat 0,76 persen pada November lalu. “Kita sudah mengalami pembalikan arah, tapi kalau dari inflasi di bawah angka 1 ini indikasi pelemahan konsumsi masyarakat," ujarnya.

Yusniar menegaskan, kontraksi di ujung 2020 mengarah ke positif. Ibarat orang sakit, untuk sembuh, Indonesia, termasuk Kaltim butuh suplemen. Karena itu, negara sudah hadir memberikan vaksinasi dan bantuan. Persoalannya kini, tinggal bagaimana menggenjot daya serap anggaran. “Sebetulnya masih banyak ruang untuk perbaikan dari kebijakan anggaran,” ucapnya. Yusniar mengatakan, yang diperlukan saat ini melakukan identifikasi sebelum mengeluarkan kebijakan. Sehingga tahu harus bergerak kemana. Melihat dari sisi ekonomi bagaimana keterkaitan antar-sektor. Misalnya, sektor pertambangan akan berkaitan dengan sektor mana saja.

“Kalau kita kasih stimulus untuk kebijakan mendorong sektor lainnya, maka mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi Kaltim. Jadi terlihat efek multiplier,” bebernya. Tidak kalah penting, mengandalkan kekuatan ekonomi sendiri dengan menggunakan produk lokal “Seharusnya kita pun harus mengarah kesana,” tuturnya. Pendapat lainnya diungkapkan Wakil Ketua Umum Bidang Ristek dan Penyiaran Kadin Kaltim Reza Fadhilah. Dia menerangkan, di setiap permasalahan, terdapat kesempatan yang samar di baliknya.

Begitu pula dalam situasi pandemi. Para pelaku usaha melihatnya sebagai kesempatan bisnis baru. Di mana saat ini, pengusaha khususnya industri primer memilih untuk rekonsiliasi. “Berkaca pada krisis 1997 dan 2009, setiap krisis, kontraksi yang terjadi menimbulkan sebuah kesempatan baru dalam dunia bisnis,” ucapnya. Meski ada yang berada dalam posisi positif maupun minus, semua harus sama-sama berjuang. “Kondisi pandemi masih baru sedikit terlihat ujung cahaya berupa vaksin. Tapi belum bisa diprediksi bagaimana nantinya,” ujar dia.

Berdasarkan catatan dihimpun Kadin Kaltim, sambung dia, diversifikasi, penambahan maupun perluasan lini bisnis yang sesuai koridor maka bisa bertahan. Dia menyebutkan, jika tercipta industri baru akan menciptakan pendapatan yang baik terhadap negara. “Ada food estate tapi masih kurang. Kita perlu men-trigger usaha sektor swasta untuk masuk dalam bidang ini,” ungkapnya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Timur Tutuk SH Cahyono menambahkan, Triwulan III 2020 ekonomi Kaltim sudah memperlihatkan beberapa perbaikan. “Batu bara akan membaik, CPO juga masih membaik. Motornya adalah Tiongkok. Kita impor batu bara ke sana. Mobilitas juga membaik. Itulah momen Kaltim akan terus membaik,” ungkapnya. Namun Tutuk mengingatkan, pemerintah daerah harus mengubah struktur ekonomi. Dengan membuat pertumbuhan ekonomi baru. Menurut dia, pandemi jadi momen membenahi ekonomi Kaltim. Dengan menumbuhkan industri hilir.

“Kita punya potensi besar untuk menumbuhkan ekonomi baru. Mempercepat hilirisasi seperti coal ke methanol. Ketika industri coal ke methanol jalan, maka akan banyak industri turunan yang akan muncul yang penting sekarang adalah bagaimana Kaltim menyiapkan kawasan industri,” sebutnya. Sementara itu, Sekprov Kaltim M Sabani menjelaskan, pemprov telah menyusun target pada 2021. Sebelumnya, laju pertumbuhan pada 2020 sebelum pandemi Covid-19 ditargetkan 3,5 persen plus minus 1 persen. Namun setelah pandemi menjadi minus 1,38–0,76 persen. Sementara target 2021, 2 plus minus 1 persen. Di sektor investasi, pada 2021 ditargetkan Rp 34,73 triliun.

Sementara inflasi 2,2 plus minus 1. Adapun indeks pembangunan manusia (IPM), ditargetkan 76,8. Lalu indeks gini 0,328–0,327. Sedangkan tingkat kemiskinan, diharapkan turun menjadi 6,88 persen. Terakhir adalah tingkat pengangguran terbuka. Tahun ini ditargetkan 8,34 persen. Yang menarik dinanti, sambung dia, dampak positif implementasi Undang-Undang Cipta Kerja. Di mana terdapat penyederhanaan dan perizinan yang diambil alih pusat. “Pasti ada juga konsekuensinya. Tapi nanti kita lihat dulu, implementasinya bagaimana. Karena persiapan untuk implementasi itu juga, tidak sesederhana yang kita bayangkan,” terang Sabani.

Sekprov menuturkan, strategi yang bisa dilakukan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi adalah mengembangkan kawasan-kawasan strategis. Kemudian melakukan penguatan daya saing infrastruktur dasar. Karena harus selama ini, hilirisasi sulit berkembang di Kaltim, karena infrastruktur dasarnya kalah dibanding Pulau Jawa. Lanjut Sa’bani, aksesibilitas dan kemudahan itu terkonsentrasi di Pulau Jawa dan sebagian Pulau Sumatra maupun Pulau Sulawesi. “Di Kaltim sendiri, hitung-hitungannya untuk investasi, sangat njelimet bagi investor. Karena mereka melihat mungkin, profit marginnya masih tipis. Sehingga lebih gampang memproduksi bahan baku yang langsung, cash and carry. Atau diproduksi, langsung dijual. Untuk diolah lagi, memerlukan investasi baru lagi. Dan ini hitungannya, kalau tidak di-backup oleh infrastruktur yang memadai, menyebabkan biaya produksinya lebih mahal. Dibandingkan dengan di Pulau Jawa,” papar dia.

Pemprov Kaltim berharap pada kontribusi lapangan usaha industri pengolahan, semakin tinggi efeknya. Sehingga membangkitkan hilirisasi lainnya di Kaltim. Mengenai peluang perekonomian Kaltim ke depan, Sa’bani mengatakan bahwa batu bara masih menjadi bagian dari komoditas yang menopang industri Kaltim. Ke depan, dengan adanya rencana hilirisasi batu bara di Kabupaten Kutai Timur, menghasilkan nilai tambah yang lebih besar. Apalagi, pelaku usaha mineral batu bara yang melakukan hilirisasi diberikan insentif oleh pemerintah pusat. Sehingga motivasi orang untuk berinvestasi di hilirisasi batu bara. “Memang ada permintaan batu bara, sekarang ini. Seiring dengan mulai menggeliatnya ekonomi. Dan kita akui memang, kontribusi batu bara bagi pertumbuhan ekonomi kita besar. Sampai sekarang ini,” jelas Sabani.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X