Puncak Pandemi Covid-19 Belum Lewat

- Rabu, 6 Januari 2021 | 09:30 WIB
Vaksin tiba di Samarinda.
Vaksin tiba di Samarinda.

PUNCAK pandemi Covid-19 belum sepenuhnya klir di Kaltim. Hal tersebut diungkapkan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim dr Nataniel Tandirogang. Dia menyebut, jika melihat data grafik penyebaran Covid-19 sejak Maret hingga Desember 2020, pada November 2020, terjadi penambahan penyebaran virus corona di provinsi ini dua kali lipat dibandingkan Oktober 2020. Pada Oktober 2020, ada 3.826 kasus selama sebulan. Sementara pada November 2020, jumlah penyebaran Covid-19 bertambah menjadi 6.434 kasus.

“Sehingga pada waktu itu, kita mulai merasakan suatu kelabakan yang sangat. BOR (bed occupancy rate atau tingkat keterisian tempat tidur) sudah mencapai 80 persen pada saat November,” katanya saat memberikan pemaparan dalam diskusi daring yang digelar Kaltim Post, Kamis (17/12) lalu, yang mengusung tema Outlook Ekonomi Kaltim 2021: Ekonomi Kaltim Melejit Pasca-Pandemi. Diskusi itu merupakan bagian dari persembahan media ini ke pembaca setia di HUT Ke-33 Kaltim Post (5/1).

Di tengah kondisi sulit itu, sambung dia, pihaknya mensyukuri penanganan Covid-19 di Kaltim pada November 2020 dapat dilewati tanpa adanya peristiwa yang luar biasa. Lanjut dia, memasuki pertengahan Desember 2020, penyebaran kasus terkonfirmasi positif Covid-19 sudah menembus angka 3.521 kasus. “Mudah-mudahan pertambahan ini semakin menurun. Saya khawatir memasuki libur Natal dan tahun baru, terjadi lagi peningkatan. Seperti yang terjadi pada November. Akibat adanya libur panjang,” ujar Nataniel. Dengan melihat data tersebut, sambung dia, dapat disimpulkan pertambahan penyebaran Covid-19 masih sangat dinamis.

Di sisi lain, ada secercah harapan dari tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Kaltim yang semakin tinggi. Hingga pertengahan Desember 2020, dari jumlah kasus sebanyak 23.141 kasus, tingkat kesembuhan pasien Covid-19 sebesar 84,6 persen. Dengan tingkat kematian 2,8 persen. Untuk tingkat kematian, masih di bawah rata-rata nasional sebesar 3,04 persen. “Jadi tingkat kematian di Kaltim menurun, 2,8 persen. Mudah-mudahan hal ini tetap kita pertahankan,” harap dia. Kemudian, daya dukung tenaga medis di Kaltim, disebut masih sangat baik.

Terutama dari sisi jumlah tenaga medis yang ada. Namun, yang menjadi persoalan adalah dari sisi distribusi tenaga medis. Bahwa distribusi dokter di Kaltim masih menjadi persoalan besar. Karena 60–70 persen, dokter yang ada di Kaltim, berada di dua kota besar, yakni Balikpapan dan Samarinda. Di daerah hulu, seperti Mahakam Ulu (Mahulu), sampai saat ini belum memiliki dokter spesialis. “Alhamdulillah, Mahulu kasus Covid-19-nya masih zona hijau. Itu juga mungkin bagian dari hal yang patut kita syukuri. Dengan memperketat orang dari luar ketika masuk ke Mahulu. Dengan memberikan persyaratan swab, PCR. Mudah-mudahan tetap dipertahankan. Sehingga kasus di Mahulu bisa tetap nihil. Atau tetap dalam zona hijau,” harapnya.

Untuk kematian dokter karena Covid-19, hingga pertengahan Desember 2020 sudah mencapai 202 orang se- Indonesia. Untuk wilayah Kaltim sendiri, ada 6 dokter yang meninggal. Yakni, 3 orang di Balikpapan dan 3 orang lainnya di Samarinda. “Yang perlu kami sampaikan, dokter-dokter yang terpapar (Covid-19) saat ini sudah lebih daripada 100 orang. Alhamdulillah, semuanya dalam gejala klinis yang ringan hingga sedang. Mudah-mudahan para tenaga medis kita ini, tetap bisa bertahan. Sampai pandemi ini bisa berlalu,” sebut dia.

Hal lain yang menjadi perhatian, tingkat kesadaran masyarakat Kaltim terhadap penerapan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 yang perlu ditingkatkan lagi. Menurut survei nasional, masih ada 37 persen masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan. Menurut dia, kelompok itu menjadi sumber penularan di kemudian hari. “Walaupun memang, pemerintah saat ini merencanakan bahkan sudah merilis, bahwa vaksin akan didistribusikan setidaknya per Januari atau Februari 2021, sampai selesainya uji klinis tahap ketiga, sampai adanya izin dari Balai POM, tapi itu bukan menyelesaikan persoalan. Karena sebenarnya itu adalah bagian dari langkah-langkah preventif, untuk mencapai herd immunity (kekebalan kelompok) masyarakat,” jabar Nathaniel.

Sehingga, walaupun sudah ada vaksin Covid-19, penerapan protokol kesehatan tetap menjadi hal utama yang dilaksanakan masyarakat. Nathaniel melanjutkan, penindakan terhadap kelalaian pelanggaran protokol kesehatan harusnya terus berlanjut. “Perlu kami sampaikan, ketika kasus di November, teman sejawat (dokter) sedikit kelabakan. Mudah-mudahan ke depan, tidak ada lagi kasus seperti yang terjadi pada November,” ucapnya. Dengan begitu, IDI Kaltim khawatir ketika ada kasus seperti yang melebihi November 2020, maka akan mengalami masalah yang luar biasa. Karena pada saat itu, tenaga kesehatan kita pasti akan kewalahan dan akan mengalami kelelahan. Dan bisa menimbulkan chaos di bidang kesehatan.

“Insyaallah dengan bekerja sama dan bergotong royong, kita bisa menyelesaikan persoalan ini dengan baik di tahun 2021,” harap Nathaniel. (kip/riz/dwi/k8)

         

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X