Romdani
Wakil Pemimpin Redaksi Kaltim Post
PANDEMI membuat kita belajar. Era disrupsi itu kian nyata. Bahkan mungkin lebih cepat dari perkiraan. Mungkin juga kini sudah di depan mata. Tinggal di kita, mau mengikuti perubahan atau melawannya. Dengan tetap mempertahankan yang ada.
Mungkin juga era pandemi Covid-19 membuat penjualan televisi lesu. Penyebabnya, orang beralih ke yang lebih simpel. Layar yang lebih mini. Yakni telepon seluler (ponsel). Bisa jadi, penikmat televisi berkurang. Mereka beralih menonton lewat live streaming di handphone.
Mungkin itu pula yang jadi salah satu penyebab acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di stasiun televisi TvOne stop tayang. Cuti panjang sejak 15 November 2020 itu belum tahu kapan akan kembali menemani para pemirsa setianya. Namun dari kabar yang berembus, ILC akan tayang secara daring. Sangat mungkin akan muncul di kanal YouTube.
Tak hanya ILC, banyak talk show, reality show, dan acara-acara televisi lainnya ikut terdampak. Mereka memutar otak. Menambah penikmat yang mungkin di televisi mulai ditinggal.
Demi memanjakan para penikmatnya. Stasiun televisi juga mengandalkan video on demand. Di-upload di situs resmi mereka. Sehingga para penikmat bisa memilih tayangan televisi yang terlewat. Kemudian ditonton kapan saja. Biasanya penikmat hanya bisa melihat video on demand untuk sepekan ke belakang.
Tak berhenti di situ, sejumlah stasiun televisi juga mengandalkan kanal media sosial (medsos) mereka. Salah satunya meng-upload video acara ke kanal YouTube. Dengan begitu, para penikmatnya bisa melihat kapan saja. Lalu memilih tayangan acara yang mereka mau.
Bahkan, mereka juga memecah-mecah tayangan video menjadi beberapa bagian. Mencari potongan video yang paling menarik. Kemudian di-reupload. Tak jarang, video yang lebih pendek atau yang telah dipotong justru menjadi viral.
Era digital bagi Kaltim Post dimulai dari e-paper. Yang sudah ada sejak lama. Hingga akhirnya kami menelurkan media online bernama Prokal.co. Hingga beberapa tahun belakangan, kami sangat konsen dengan dunia digital. Bahkan mau tak mau, kami juga akhirnya membentuk tim digital.
Salah satu yang memadukan antara koran dan digital adalah, kami memasang QR code di koran. Sehingga pembaca cukup melakukan scanner untuk melihat angle foto lain dan video dalam berita tersebut. Ada nilai tambah yang didapat oleh pembaca.
Melihat itu, Kaltim Post sadar era disrupsi di depan mata. Pandemi benar-benar mengajarkan kami bagaimana media konvensional mengikuti zaman. Rapat-rapat yang tak bisa ditinggalkan, kini harus menggunakan video conference. Salah satunya melalui aplikasi Zoom.