Karyanya Banyak yang Suka

- Senin, 4 Januari 2021 | 09:59 WIB
Alif
Alif

TAK mengira, hasil jerih payah Alif, pemuda asal Tenggarong, Kutai Kartanegara, dengan memainkan alat musik tradisional, yakni sape justru banyak yang mengapresiasi. Namun, ada pula yang menilainya miring dengan apa yang dihasilkan.

Beberapa bulan lalu, Alif mampu “menyulap” lagu dari seorang musisi internasional Lorde berjudul Team. Tak dinyana, karyanya itu justru banyak diterima para penikmat musik bergenre instrumental. Bahkan tak sedikit yang menjadikan karya Alif ke dalam konten-konten media sosial seperti Instagram, TikTok, dan platform media lainnya. Dari pantauan Kaltim Post, cover Lorde menggunakan sape yang dimainkan Alif sudah ditonton lebih dari 450 ribu viewers.

Karya terbaru Alif dalam meng-cover musik dari Gryffin berjudul Tie My Down. Dengan lokasi pengambilan video di Paralayang, Gunung Kidul, Jogjakarta. Video itu sudah ditonton 25 ribu orang.

“Ya alhamdulillah ada rasa bangga karena bisa memperkenalkan alat musik tradisional sape ke masyarakat luar, selain dari Kalimantan,” ujar pria yang sudah menggeluti alat musik itu sejak 2016. Ribuan komentar baik membanjiri kolom komentar pemilik kanal YouTube Alif Fakod itu. “Saya orang Madura asli, tapi saya suka dengan musik Dayak, salam Indonesia,” tulis komentar pemilik akun Rizki Novita Sari.

Namun, ada beberapa komentar miring yang dialamatkan ke pemuda kelahiran 1998 itu. “Ada yang bilang sape-nya sudah tidak sesuai dengan pakem, ada juga yang bilang melestarikan alat musik negara tetangga (Malaysia),” ucapnya. Padahal, sudah enam musik sudah dihasilkan Alif. Awal, Sayap Hitam, Jerit Jagat, Negeri Jahitan Layar, Sunup, dan Pemayuq. Musik-musik instrumental itu ia buat memiliki cerita yang berbeda. Awal, mengisahkan tentang Kerajaan Kutai. Pengambilan video klipnya di kawasan Kutai Lama, di kawasan perbukitan. Sementara Sayap Hitam, terinspirasi dari burung enggang. Burung khas Kalimantan yang populasinya saat ini semakin sedikit. Jerit Jagat, itu dibuatnya lantaran melihat kondisi alam yang semakin rusak.

Negeri Jahitan Layar, terinspirasi dari suatu tempat di Kutai Lama, kawasan perbukitan. Sunup terinspirasi dari matahari terbit sedangkan Pemayuq dari kain khas tenun ulap doyo. “Komentar negatif itu yang membuat saya semakin melecut diri untuk berkarya,” sambung Alif.

Ia sebelumnya menyebut, sudah memiliki target khusus, jangka pendek dan panjang di dunia musik. "Target terdekatnya ingin menciptakan karya dengan menggabungkan idiom musik tradisional di seluruh Kaltim yang dikemas dengan musik modern," tuturnya. Sementara untuk jangka panjangnya, juga mengemas musik dengan menggabungkan seluruh musik khas Kalimantan, mulai Kaltim, Kalbar, Kalteng, Kaltara, dan Kalteng. Namun, tentunya dengan gaya modern, sehingga tak melupakan musik aslinya.

Selama 2020, Alif memang jarang tampil. Hal itu mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap melakukan pembatasan-pembatasan. “Bisa dihitung sekitar dua kali aja tampil di panggung. Sangat jarang perform,” ungkapnya. Tahun ini targetnya membuat sebuah karya yang sangat berkesan. (dra2/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X