Daya Tarik Tinggi, Bikin Batuq Bura Tetap Diminati di Tengah Pandemi

- Rabu, 30 Desember 2020 | 15:04 WIB
Bersantai di Batuq Bura
Bersantai di Batuq Bura

Salah satu sektor yang cukup terdampak pandemi covid covid pandemi covid covid 19 adalah pariwisata.  Saat ini, banyak masyarakat beralih ke wisata alam.  Warga desa ini pun memanfaatkan keindahan alam dan yakin membuka tempat wisata meski di tengah-tengah pandemi.

 

Nofiyatul Chalimah - Kutai Barat.

 

Bumi Perkemahan Batuq Bura menjadi salah satu destinasi wisata baru di Kutai Barat. Tempatnya di Desa Lakan Bilem. Dalam destinasi wisata ini, pengunjung bisa menikmati air terjun dan juga menyusuri sungai berair jernih berbatu hitam dengan ban. Selain itu, mereka juga bisa melakukan kegiatan yang disebut warga desa disebut nuncunt batuq. Alias, dalam bahasa Indonesia menyusun batu.

 Ide membuka wisata Batuq Bura ini muncul karena banyak wisata yang tak memanfaatkan keindahan alamnya.

"Kita lihat dulu Kubar kok isinya perusahaan semua. Kami kan juga berlibur, lihat tempat wisata. Banyak yang bukan hutan lagi. Jadi kami pikir, di sini kan banyak hutan. Nah, ada potensi dari hutan itu," kata Petinggi Kampung Lakan Bilem, Yosianus Moja.

Keindahan Batuq Bura dianggap pas untuk jadi wisata lain. Jadi ketika para pengunjung sudah selesai menikmati Gunung S yang tenar karena bak di atas awan, mereka bisa turun dan menuju Batuq Bura. 

Dibuka pada September 2020 atau saat pandemi masih berlangsung, tempat wisata ini pun menerapkan protokol kesehatan. Pengunjung wajib menggunakan masker dan menjaga jarak. Satu hal yang tak kalah penting adalah kebersihan wajib dijaga. Maka di kawasan ini pun banyak disediakan tong sampah. Sehingga, pengunjung tak membuang bungkus makanannya sembarangan.

Di tempat wisata yang baru dibuka pada September lalu itu, pengunjung bisa asyik bermain di air. Bisa berenang, mengarungi jeram kecil dengan ban, atau sekadar menikmati suasana bersama keluarga.

"Satu lagi yang khas adalah, kalau tidak nuncunt batuq, berarti tidak ke Batuq Bura. Nuncunt Batuq itu artinya susun batu. Jadi main susun batu sampai tinggi. Atur keseimbangan batunya," imbuh Yosianus.

Mengembangkan Batuq Bura pun, pemerintah kampungnya merogoh kocek sendiri. Mulai dari membuat gapura, gazebo santai, dan tangga menuju pinggir sungai. Ratusan juta rupiah dikeluarkan pelan-pelan dari kas kampung. Pertama mulai dari 2017, pihaknya pelan-pelan mencoba membangun skema untuk pembuangan sampahnya. Walhasil, kini tempat wisata itu pun cukup bersih. Lalu, pembangunan bertahap pun dimulai hingga September 2020, wisata dibuka. Membuka tempat wisata saat pandemi, diakui menjadi pertaruhan. Namun ternyata, animo masyarakat cukup tinggi.

"Hasilnya juga baik. Sekitar Rp 500 ribu bisa dapat di sini dalam sehari," pungkas dia.

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X