Pada 2016 kabar bahwa emas Chinshanlo dan perak Iovu dicabut IOC resmi tersiar. Sejak saat itu pula, perjuangan PNS di Dispora Pemerintah Provinsi Lampung itu untuk mendapatkan haknya dimulai. Tapi, sungguh berliku. Seperti pada 2018. Saat itu, sudah ada pengaduan dan laporan ke berbagai instansi terkait.
Tapi, dia menyebut sama sekali tidak ada proses. ’’Dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) saat itu ada kontak, tapi mereka tidak punya wewenang. Harus melalui PB PABBSI (induk olahraga angkat besi). Akhirnya menunggu sampai tidak tahu bagaimana ceritanya,’’ katanya.
Padahal, kesulitan hidup yang dia hadapi makin mendesak dari hari ke hari. Sang suami yang sempat membawanya ke Turki kena PHK (pemutusan hubungan kerja) pada 2017. ’’Saya putuskan pulang 2018 karena sudah tidak ada pemasukan. Akhirnya PNS ini, tapi gajinya seberapa sih, Rp 1 juta untuk dua anak,’’ bebernya.
Pada saat yang sama, cedera semakin menyiksanya. Cedera itu juga yang membuat penampilan terakhirnya di Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, tak maksimal. Bahkan bisa dibilang ketika itu, dia dipaksakan tampil.
Tapi, hingga saat itu pun, dia belum tahu bahwa tulang lumbalnya patah. Sebab, selama bertahun-tahun, dia tidak pernah diperiksa secara detail.
Setelah 2014, kondisinya semakin parah dan akhirnya dia memutuskan memeriksakan kondisinya dengan menggunakan uang pribadi.