Perjuangan Citra Febrianti Mendapatkan Hak Bonus Perak Olimpiade 2012

- Rabu, 30 Desember 2020 | 11:40 WIB
Citra dan Zainuddin Amali
Citra dan Zainuddin Amali

PADA saat cedera yang didapat semasa aktif menjadi lifter terus menyiksanya, Citra Febrianti harus melewati jalan berliku untuk mendapatkan haknya. Bonus itu akan digunakan untuk melunasi utang pengobatan cedera dan, bila cukup, untuk membeli rumah.

 

RIZKY AHMAD FAUZI, Jakarta, Jawa Pos

 

TAK sekali-dua kali keluarga atau teman bertanya kepadanya, ’’Hari ini hujan nggak.” Dan, Citra Febrianti bakal menjawab tanpa ragu. ’’Awal-awal dulu dibilang sok tahu. Ternyata jawaban saya selalu benar,” tutur mantan lifter nasional tersebut. Itu bukan linuwih (kelebihan) bawaan sejak lahir. Dia tidak menceritakannya dalam nada bangga. Malah sebaliknya: ada getir di sana.

Akarnya ada pada cedera tulang lumbal yang dialaminya sejak masih aktif di angkat besi. Tulangnya terasa nyut-nyut ketika temperatur mulai turun, tanda alam yang kerap menyertai tiap kali hujan akan datang.

Dari sana kemampuannya menebak hujan tadi berasal.

’’Seperti sakit gigi, tapi di bagian tulang,’’ kata perempuan kelahiran Lampung, 22 Februari 1988, itu kepada Jawa Pos yang menghubunginya dari Jakarta Senin pekan lalu (21/12).

Sakit itu terasa lebih menyiksa karena berkelindan dengan panjangnya perjuangan perempuan 32 tahun tersebut mendapatkan haknya: bonus sebagai peraih perak Olimpiade 2012.

Citra dipastikan meraih perak Olimpiade 2012 setelah International Olympic Committee/Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengirim surat resmi pada 19 November 2020. Intinya, IOC mengonfirmasi bahwa Citra resmi menempati peringkat kedua di kelas 53 kg atau naik dua peringkat.

Itu terjadi setelah peringkat pertama Zulfiya Chinshanlo dari Kazakhstan dan peringkat ketiga Cristina Iovu dari Moldova didiskualifikasi akibat kasus doping pada 2016.

Artinya, Citra berhak atas bonus Rp 400 juta dari pemerintah. Di Olimpiade 2012 itu, tradisi emas Indonesia dari bulu tangkis terhenti. Badminton yang sejak Olimpiade 1992 tak henti menyumbangkan emas bahkan tak meraup satu medali pun ketika itu.

Justru angkat besilah yang mengharumkan Merah Putih. Dua kolega Citra di sektor putra yang sama-sama dibina di Lampung, Triyatno (kelas 69 kilogram) dan Eko Yuli Irawan (62 kilogram), masing-masing meraih perak dan perunggu.

Tak mudah bagi Citra bisa tampil di ajang empat tahunan tersebut. Masalah di leher yang dialami peraih perak SEA Games 2011 itu membuat pengurus PB berencana tak memberangkatkannya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X