Tidak hanya dikenal sebagai dokter gigi, anggota Kowad ini juga menyukai olahraga trail. Beberapa bulan lalu dia pun sempat terkonfirmasi positif Covid-19, dan pernah pula donor darah konvalesen.
Rambutnya disanggul kecil. Poni depan yang memanjang disisir ke sisi belakang telinga kanan. Tampil rapi dalam balutan pakaian khas loreng. Jam tangan senada dengan sepatu boots hitamnya melengkapi penampilan drg Kartika Tria Sulendra.
Dia memperoleh gelar dokter giginya setelah menamatkan kuliah di Universitas Jember pada 2016. Sehari-hari, dia bertugas di poli gigi RST Dr R Hardjanto Balikpapan. Dikatakan, sejak Oktober kunjungan di poli gigi sudah mulai meningkat. Sedangkan di awal-awal pandemi, Maret–Juni dalam sehari hanya 3–5 pasien yang datang.
Tidak hanya menggunakan alat perlindungan diri, berbagai kebijakan baru membuat banyak hal dan kebiasaan baru harus dilakukannya. Ruangan yang digunakan wajib disterilisasi. Tidak hanya di ruangan perawatan pasien terkonfirmasi positif Covid-19, di poli juga menggunakan alat tekanan negatif, maupun hepafilter.
"Poli gigi tetap buka, demi bisa melayani prajurit dan masyarakat umum. Sebagai dokter gigi tentu cukup rentan, sebab sering berinteraksi," bebernya.
Ya, diakuinya bahwa akhir Juni lalu pernah terdampak. Dari hasil tracing, ternyata dia dinyatakan positif Covid-19 ketika hasil swab dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat keluar. Saat itu memang swab harus dikirim ke pusat lebih dulu.
Tanpa gejala batuk ataupun demam, hari-harinya dihabiskan dengan menjalani isolasi di rumah sakit tempatnya bekerja. Ketika itu ia sengaja tidak memberitahukan kedua orangtuanya di Jawa agar tidak khawatir.
Sepekan setelah menjalani isolasi, swab kedua dan ketiganya dinyatakan negatif. Kini ia dalam keadaan sehat. Tiga bulan setelah dinyatakan sembuh, perempuan yang akrab disapa dokter Tika itu mengikuti donor plasma konvalesen. Bahkan mengajak para pasien lain yang telah sembuh agar mau mendonorkan darahnya pula.
"Covid-19 ini masuk melalui tenggorokan dan hidung. Entah ke depan ada vaksin atau pengobatan canggih lainnya, tapi sangat penting bila kita cegah dengan masker dan cuci tangan supaya virus tidak masuk ke tenggorokan dan hidung," ujar Tika.
"Masyarakat sekarang sudah merasa jenuh dengan pembatasan dan kebiasaan yang berubah, kian ke sini juga mulai lengah kembali. Kita butuh kesadaran diri, jangan sampai bila sudah ada keluarga terdampak barulah sadar. Jadi mari kita sama-sama berjuang dan menaati protokol kesehatan," imbuhnya.
Selain itu, dia menganjurkan mengonsumsi berbagai makanan dan multivitamin untuk menunjang daya tahan tubuh. Olahraga dan istirahat cukup jangan sampai kecapaian. Sebelum dinyatakan positif Covid-19, banyak kegiatan di lapangan dilakoninya, yang memungkinkan virus masuk ke tubuh tanpa disadari.
Senang bertualang, di sela kesibukan, ternyata Tika menyukai olahraga yang bersifat adventure dan memicu adrenalin. Dari sang kakak lah Tika juga tertarik dengan motor trail. Dulu semasa pulang dari sekolah atau saat liburan, dia pergi ke gunung dengan mengendarai motor trail. Dalam beberapa kesempatan, dia juga pernah terlibat dalam event Mulawarman Adventure Trail 2019 di Ambarawang dan Handil.
"Orangtua saya berpesan, nge-trail boleh tapi jangan dijadikan sebagai hobi. Naik motor trail bagi saya memberikan sensasi dan memacu adrenalin. Tetapi saya sadar, tangan adalah senjata sebagai dokter gigi, sehingga saya tidak ingin terlalu berlebihan dan menjadikan sebagai olahraga yang menarik saja," ucap anak ketiga dari empat bersaudara itu. (lil/dwi/k8)
