Selama empat hari ke depan, Kaltim Post akan menyajikan profil dan kisah singkat dari anggota Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) di Kodam VI/Mulawarman. Selain itu, 22 Desember kemarin tidak hanya diperingati sebagai Hari Ibu, tapi juga menjadi hari ulang tahun ke-59 Kowad.
HAMPIR empat pekan Sonia Faradila menjalani masa orientasi sebagai anggota Kowad. Dia lulus setelah dua kali mencoba mengikuti Taruni Akademi Militer (Akmil). Angkatan keempat Taruni Akmil ini sempat mengikuti tes pada 2015, namun dia gagal pada tes akhir. Sempat kuliah hingga semester empat di salah satu universitas di Palembang, niatan mengikuti Akmil masih terus membayangi. Berbekal restu kedua orangtua, dia mencoba kembali tahun berikutnya.
Tidak ada background TNI dari kedua orangtuanya. Semula pilihannya menjadi prajurit, karena keinginan agar memiliki pekerjaan sesegera mungkin tanpa harus kuliah. Rasa penasaran dan kagum muncul dalam benaknya kala melihat sosok Kowad yang hanya dilihatnya dari media sosial.
“Perempuan pakai baju loreng, badannya bagus, auranya kelihatan beda banget dan terlihat berwibawa. Itu yang membuat saya semakin terpicu buat daftar jadi Kowad,” tutur sulung dari dua bersaudara itu.
Bangga dan syukur terus dirasakan. Terlebih ketika akhirnya orangtuanya merestui pilihan tersebut. Mengingat di awal, ada kekhawatiran akan keselamatan putri tercinta mereka. Tetapi, melihat tekad bulat dari mata Sonia, perlahan membuat Faisal dan Soezanna turut bangga. Pilihan menjadi abdi negara adalah mimpi yang telah jadi nyata.
Sehebat dan sesukses apapun, dia mengatakan, semua itu karena dukungan, serta doa dari orangtua. Sebelum berangkat ke Balikpapan, kedua orangtuanya juga berpesan agar dia tetap rendah hati kepada lingkungan sekitar, jangan tinggalkan salat dan bersedekah, apalagi masa pandemi sekarang.
Menjadi prajurit, berarti banyak hal harus dipersiapkan. Terutama kesiapan mental dan jasmani. Tidak ada kata malas maupun bermanja-manjaan dalam menjalani kehidupan sebagai Taruni Akmil. Digembleng setiap hari, membuatnya siap menghadapi berbagai kondisi.
“Latihan fisik yang dijalani tidak ubah seperti kaum pria. Dan saya sangat tertantang ketika melakukan latihan terjun payung, ini adalah proses yang harus dilalui setiap calon prajurit,” ujarnya.
Bahkan, ketika dilakukan latihan para dasar terjun payung di Batujajar, Jawa Barat, Sonia mendapatkan nilai terbaik dari Taruni Akmil. Sensasi mendebarkan terjun dari pesawat itu adalah momen tak terlupakan baginya. Sebelum terjun segalanya harus dipersiapkan dan dicek kembali sebelum naik ke pesawat. Selama latihan tidak ada kendala yang dialaminya.
“Ada rasa takut, adrenalin juga kian terasa ketika bunyi alarm dan pintu pesawat terbuka. Detik-detik pertama ketika terjun seperti tidak sadar, tetapi rasa takjub mengalahkan semua rasa takut itu. Pemandangan dari atas, merasakan embusan angin secara langsung membuat saya yakin dengan tujuan saya sebagai anggota Kowad. Mempertahankan NKRI, hingga mati,” pungkas perempuan yang menjabat komandan Tim Pemeliharaan Bekal Denharjasaint Balikpapan, Bekangdam VI/Mulawarman ini. (lil/kri/k8)
