Tiada niat menjadi anggota Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad). Itu awalnya. Bermula dari coba-coba, tak dinyana dirinya malah dinyatakan lulus seleksi masuk Taruni Akademi Militer pada 2015.
TITIN. Sapaan itu lekat pada gadis bernama lengkap Christine Margareta R Surbakti. Paras cantik, kulit putih, plus senyuman menawan. Pada 2019, dia dinyatakan resmi bergabung dalam keluarga besar Kodam VI/Mulawarman. Ditempatkan di bagian kepengurusan administrasi karier prajurit, Ajendam.
Dia bercerita, tidak pernah tebersit dalam angan atau memiliki cita-cita sebagai prajurit TNI. Juga, ketika duduk di kelas akhir sekolah menengah atas, dia berniat tidak akan kuliah. Tak ingin merepotkan kedua orangtuanya. Lalu dia ingin mengikuti pendidikan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Namun, belum ada pendaftaran baru.
Hingga suatu hari, seorang tante menawarkan agar dia mengikuti Taruni Akmil. Percobaan mendaftar itu dilakukan hanya untuk mengisi waktu. Coba-coba, katanya. Namun, siapa sangka niatan itu malah berubah serius. Orangtua yang mengetahui sulung dari berdua itu lulus seleksi langsung memberikan dukungan. Support itulah yang membawanya melangkah lebih berani.
"Kehidupan seorang sipil masuk taruni, tanpa latar belakang atau kolega membuat saya tidak tahu apa-apa, jadi belajar banyak hal baru. Berat tentu saja iya, tetapi itulah tantangannya. Selama berada di Akmil saya berusaha memberikan yang terbaik, agar orangtua saya bangga," ujar putri pasangan Rominson Jaya Surbakti dan Rosdiana Sembiring itu.
"Saya juga ingat pesan orangtua, jangan setengah-setengah, harus diselesaikan. Sehingga saya pikir, menjadi anggota Kowad memang sudah jalan takdir, toh kini saya menikmatinya," lanjut dia.
Satu impiannya ialah bisa mengajak orangtuanya berlibur ke Balikpapan. Walau sementara ini terhalang pandemi. Orangtua tidak pernah memaksanya. Bahkan, sang ayah menuturkan, ke mana pun Titin pergi itu berarti sang ayah sudah pula menginjakkan kakinya di daerah tersebut. Walau hanya bisa mendengar dari cerita Titin.
Titin berasal dari daerah Aek Kanopan, Sumatra Utara. Agar bisa ke Medan membutuhkan waktu enam jam perjalanan darat. Aek Kanopan merupakan daerah yang lekat dengan perkebunan kelapa sawit. Kebanyakan masyarakatnya merupakan pedagang ataupun petani. Amat jarang sekali ada yang milih menjadi prajurit TNI.
"Pengetahuan dan kesadaran akan TNI masih sangat kurang di Aek Kanopan. Itu jadi PR saya juga, maka setelah lulus dari Akmil saya datang ke sekolah dan mencoba mempromosikan. Mengajak adik-adik junior saya agar bisa bergabung juga," tuturnya.
Dia juga memiliki prinsip, bukan latar belakang atau sekolah elite yang membuat seseorang sukses. Usaha dan kerja keras, itulah jawabannya.
"Bahwasanya tidak harus dari sekolah yang bagus, kalau kita diciptakan menjadi emas, kita harus percaya kita adalah emas. Ditempatkan di mana saja kita tetap emas. Tidak boleh minder, percaya diri, optimistis, dan jangan takut mencoba. Tapi bukan berarti kita menjadi sombong, dan tetap menjaga hubungan baik dengan orang lain," ungkap Christine.
Pada pertengahan tahun depan, dia melepas status lajangnya dan menikah dengan anggota TNI pula yang berada di Jakarta. (lil/dwi/k8)