Rapid Test

- Senin, 21 Desember 2020 | 12:30 WIB

Catatan: Faroq Zamzami

(Pemred Kaltim Post)

 

SYARAT keluar daerah diubah. Tak lagi pakai rapid test. Mulai 18 Desember 2020 hingga 8 Januari 2021, calon penumpang aneka moda transportasi harus menunjukkan hasil swab antigen negatif.  Ketentuan ini beberapa hari lalu disampaikan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Panjaitan.

Tujuannya, tentu, bagian dari menekan angka persebaran virus corona saat liburan. Pemerintah jelas waswas. Jangan sampai ada lonjakan kasus selepas libur panjang. Selain itu, hasil metode swab test dan rapid test antigen tentu lebih baik ketimbang rapid test yang diberlakukan selama ini. Pada 28 November lalu saya ke Jakarta. Sehari sebelumnya, 27 November, saya rapid test yang jadi syarat untuk naik pesawat selama pandemi ini.

Tanggal 27 itu Jumat. Hari itu sebagian besar wilayah di Kaltim diguyur hujan. Tak terkecuali Balikpapan dan Penajam Paser Utara (PPU). Entah apakah Axl Rose yang vokalis Guns N' Roses itu peramal. Yang pasti, lagu November Rain-nya yang sangat nikmat itu, selalu relevan dengan kondisi iklim di Kaltim yang hari-hari pada bulan itu lebih banyak mendung dan tangisan dari langit. Tanggal 27 itu saya ke kantor di Gedung Biru Kaltim Post, Balikpapan, lebih cepat dari biasa.

Ada agenda yang harus dituntaskan. Pukul 08.30 sudah di kantor. Saat langit Kota Minyak gerimis manja alias hujan awet, kata orang-orang. Sempat terkena air hujan juga saat jalan dari parkiran ke kantor. Hari itu, pukul 09.00 ada tamu dari Universitas Mulawarman (Unmul), Samarinda. Kami mau tanda tangan nota kesepahaman. Penandatanganan itu dibuat cepat. Karena tamu sudah saya info duluan saya ada agenda dadakan. Yakni harus ke PPU untuk melayat.

Sret, sret, tanda tangan di dua draf sudah. Lanjut foto-foto dokumentasi. Dan sedikit bincang sebelum tamu pamit pulang. Saya pun langsung siap-siap menuju Penajam. Dari kantor saya pilih naik motor. Kondisi masih gerimis awet. Biar motornya bisa sekalian dibawa ke seberang diangkut kelotok. Selama pandemi, saya memang memilih membawa motor sekalian ke Penajam, atau dari Penajam ke Balikpapan. Untuk mengurangi penggunaan kendaraan umum.

Sebelum pandemi, saya pengguna angkutan kota (angkot) kalau mau ke Penajam. Baik dari Gedung Biru ke pelabuhan Kampung Baru. Atau saat tiba di Penajam-nya untuk menuju rumah. Kalau tak naik angkot ya ikut ojek. Naik mobil, jelas bukan pilihan. Kecuali ada urusan khusus yang harus menyeberangkan mobil, dan itu lewat Pelabuhan Feri Kariangau di Balikpapan Barat.

Pukul 11.00-an tiba di Penajam. Dengan kondisi badan sedikit basah di bagian tangan, pinggang, dan kaki, karena jas hujan tak menutup tubuh dengan sempurna. Setelah melayat kemenakan yang meninggal, lanjut Jumatan. Kondisi cuaca sudah mulai bersahabat. Tak lagi hujan. Gantian mentari yang mulai menampakkan diri di balik awan. Karena ada agenda melayat di Penajam itulah saya pikir, sekalian saja rapid test di PPU. Usai Jumatan. Biar besoknya tinggal go ke Ibu Kota.

Rencana idealnya begitu. Saya lantas mendatangi salah satu klinik di kabupaten ini. Kondisi tak begitu ramai. Jadi prosesnya cepat saja. Daftar. Serahkan KTP. Bayar Rp 200 ribu. Ambil darah di lengan. Bukan ditusuk di ujung jari. Tunggu 15 menitan, hasil keluar. Hasil tes saya di klinik itu dinyatakan reaktif. Tanda-tanda reaktif sudah terbaca. Sebelum hasil dikeluarkan, KTP saya diminta lagi. Tadi 'kan sudah, gumam saya dalam hati. Lantas saya dipersilakan ke ruangan dokter.

Dokter di klinik itu lantas membeber hasil rapid test kepada saya. Dengan menunjukkan selembar kertas. Yang inti dari kertas itu, di bagian tengah tertulis reaktif. Dokter perempuan itu lantas mengatakan, pihaknya harus melaporkan kondisi saya itu kepada tim gugus tugas kabupaten. Nanti akan ada tim yang menghubungi saya, untuk memberi tahu langkah selanjutnya apa yang harus saya lakukan setelah hasil tes di klinik itu. Okelah kata saya. Nomor handphone saya dicatat.

Saya pun pulang. Dan hingga hari ini tidak ada satu panggilan pun di handphone saya dari tim gugus tugas. Walau begitu, insyaallah saya termasuk warga yang patuh protokol kesehatan. Selalu ganti baju dan mandi dulu sepulang kerja, sebelum bercengkerama dengan keluarga. Nyaris tak lupa masker saat beraktivitas di luar rumah. Setelah pulang dari klinik saya sedikit galau. Juga kesal pada diri. Karena lupa menerapkan apa yang sering saya dengar kalau mau rapid test, dari beberapa rekan yang hasilnya non-reaktif.

Yakni, harus dalam kondisi fit dan minum vitamin atau suplemen dulu, ada satu merek yang direkomendasikan. Sementara saya, hari itu lupa, pagi sudah kena hujan, badan agak lelah perjalanan dari Balikpapan ke Penajam, dan tidak ada minum suplemen. Saya pun menenangkan diri di rumah. Mengurung diri di kamar. Dan tetap mengenakan masker. Sambil berkoordinasi dengan rombongan untuk persiapan keberangkatan. Tentu saya tak bilang kalau sudah rapid test dan hasilnya reaktif.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X