Dongkrak Partisipasi Pemilih Milenial

- Senin, 21 Desember 2020 | 11:03 WIB
GIGIH: Hanna Pertiwi meyakini kemampuan seorang kemampuan berbicara di depan umum harus terus diasah demi pengembangan diri yang lebih baik, tak terkecuali bagi politisi. Itu sebabnya, dia mendirikan sekolah public speaking, My Speaker.
GIGIH: Hanna Pertiwi meyakini kemampuan seorang kemampuan berbicara di depan umum harus terus diasah demi pengembangan diri yang lebih baik, tak terkecuali bagi politisi. Itu sebabnya, dia mendirikan sekolah public speaking, My Speaker.

SAMARINDA-Perhelatan pilkada serentak di Tanah Air yang digelar 9 Desember lalu, telah selesai. Pun demikian di Samarinda. Secara umum, pesta demokrasi lima tahunan itu berjalan lancar, tertib, dan aman. Tentu dengan segala dinamika yang mengiringi.

Namun, mungkin tak banyak yang tahu, di balik kesuksesan itu, ada keterlibatan Relawan Demokrasi.  Peran yang dijalankan para relawan itu jelas tak sepele. Mereka turun ke lapangan, mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menggunakan hak suara untuk memilih. Targetnya, mendongkrak partisipasi masyarakat, khususnya kaum milenial, untuk mengawal pembangunan di Kota Tepian.

Salah satu yang tergabung di Relawan Demokrasi adalah Hanna Pertiwi. Perempuan energik ini terpilih menjadi salah satu dari 50 relawan, se-Kota Samarinda. Bekerja sebagai relawan selama tiga bulan, sejak Oktober-Desember, dia satu kelompok bersama empat rekannya. Sosialisasi menyasar kalangan pemilih pemula.

"Dalam satu bulan kami wajib mengadakan 17 kali kegiatan tatap muka dengan masyarakat. Karena pandemi, tiap pertemuan dibatasi maksimal 20 orang saja. Mengedukasi pentingnya menggunakan hak pilih," ucap mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan angkatan 2013, yang tinggal menunggu wisuda itu.

Hanna yang juga pernah menjadi delegasi Indonesia dalam acara Outstanding Youth for The World (OYTW) dan International Visitor Leadership Program (IVLP) 2019 di Amerika Serikat itu, mengaku banyak tantangan selama kegiatan. Misalnya menghadapi anak muda yang mempertanyakan pengaruhnya untuk memilih, ketimbang mengerjakan pekerjaan lain.

"Kami biasanya memberi analogi sederhana. Ketika masyarakat ingin hidup nyaman, bebas banjir, lapangan kerja luas, dan peningkatan infrastruktur maka harus ikut memilih, karena pemimpin yang akan dipilih itu menentukan masa depan daerah dan masyarakat," ucapnya.

Demi lebih meningkatkan ketertarikan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam sosialisasi, tidak jarang kegiatan dibalut dengan aneka pelatihan, misalnya menanam hidroponik, public speaking, pembuatan CV, hingga konten untuk media sosial. "Makanya harus pintar mengasah kreativitas agar acara yang digelar diminati," singkatnya.

Selanjutnya, Hanna berencana menghidupkan kembali program yang pernah dibuat, saat mengikuti  Forum Indonesia Muda (FIM). Yakni Sekolah Politik Perempuan yang sempat aktif pada 2017-2018 lalu, namun vakum beberapa saat karena kesibukan. Kurikulum terdahulu tengah benahi sehingga ke depan kegiatan bisa berjalan simultan. Karena sebelumnya beberapa tokoh politik perempuan Kaltim sempat diundang jadi pemateri.

“Paling tidak, agenda ini menjadi langkah kami untuk terus berusaha membuat melek mata perempuan terutama generasi muda untuk aktif dalam kancah politik. Minimal selalu menggunakan hak suaranya dengan bijak di setiap kegiatan pemilihan," tutupnya yang juga sempat menjadi koordinator FIM Samarinda. (dns/ind/k15)

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Maudy Ayunda Debut sebagai Produser Film KHD

Selasa, 7 Mei 2024 | 16:00 WIB

Rizky Febian-Mahalini Nikah Secara Islam

Senin, 6 Mei 2024 | 21:11 WIB

Sarwendah Menggugat Cerai Ruben Onsu?

Sabtu, 4 Mei 2024 | 09:17 WIB

Hikmah setelah Umrah Bareng

Kamis, 2 Mei 2024 | 10:55 WIB

Dewa 19 siap mengguncang Balikpapan, Minggu Ini

Sabtu, 27 April 2024 | 08:18 WIB
X