Mang Adiono, Keliling 230 Kilometer Bawa Buku untuk Anak-Anak di Pelosok Lampung

- Jumat, 18 Desember 2020 | 14:09 WIB
Adi Sarwono, beraksi di depan anak anak.
Adi Sarwono, beraksi di depan anak anak.

Sembari bekerja sebagai salesman dari kota ke kota, Mang Adiono membawa buku untuk dipinjamkan ke anak-anak. Dari model ala perpustakaan keliling, kini gerakan Busa Pustaka itu juga mewujud menjadi sekolah rakyat.

 

AGUS DWI PRASETYO, Bandar Lampung, Jawa Pos

MENDENGAR kedatangan pria yang sangat mereka akrabi, anak-anak yang duduk-duduk santai di sebuah rumah berdinding papan kayu itu langsung beranjak. ”Mang Adiono datang, Mang Adiono datang,” pekik salah seorang anak yang bertubuh tambun.

Anak-anak yang lain terkejut sebentar, lalu menoleh ke arah halaman rumah seolah ingin memastikan bahwa Mang Adiono, pria tersebut, memang benar-benar datang. Sabtu dua pekan lalu itu (5/12) sebetulnya bukan jam sekolah rakyat. Wajar jika anak-anak yang tinggal di Kelurahan Kedaung, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung, tersebut agak heran dengan kedatangan Mang Adiono. ”Biasanya, memang setiap Minggu kami adakan kelas,” kata Mang Adiono kepada Jawa Pos yang mengunjungi Sekolah Rakyat Busa Pustaka di Lampung.

Meski bukan jadwal kelas, anak-anak usia sekolah dasar (SD) dan balita itu tetap antusias menyimak cerita Bawang Putih dan Bawang Merah yang disampaikan Mang Adiono. Sampai akhir cerita, mereka sama sekali tak beranjak. Sekilas, sekolah itu tampak bukan sekolah pada umumnya. Tak ada ruang kelas. Tak ada pula meja, kursi, dan papan tulis.

Muridnya pun tak mengenakan seragam. Mereka berpakaian bebas dan duduk santai di lantai beralas tikar. Meski begitu, materi yang diajarkan tak kalah dari sekolah umum. ”Ada kelas bahasa Inggris dan wirausaha,” jelas Mang Adiono.

Sekolah rakyat tersebut merupakan gerakan lanjutan Busa Pustaka. Mang Adiono yang menggagasnya. Kata ”busa” terinspirasi dari buih produk sabun tempatnya bekerja sebagai salesman, PT Wings Surya. Busa yang dihasilkan sabun itu sangat melimpah. Kata ”pustaka” berarti ilmu. Jika digabungkan, Busa Pustaka berarti ilmu yang berlimpah. ”Seperti busa sabun,” ungkapnya, lantas tertawa.

Awalnya, Busa Pustaka hanya berupa perpustakaan keliling yang meminjamkan buku untuk anak-anak. Cakupannya menyesuaikan wilayah kerja Mang Adiono selaku salesman. Paling jauh berjarak sekitar 230 kilometer pergi pulang dari Bandar Lampung. ”Jadi, sambil kerja, saya bawa buku,” ujar pria bernama lengkap Adi Sarwono tersebut.

Kali pertama bekerja sebagai salesman, Mang Adiono ditugaskan perusahaan untuk keliling menawarkan produk Wings ke daerah-daerah di Lampung. Dimulai dari Bandar Lampung, Mang Adi bergerak ke arah Pringsewu hingga Kota Agung. Kemudian, ke arah Lampung Tengah dan Timur. ”Memang penuh risiko. Tapi, kalau sudah terbiasa, ya nyantai saja,” tuturnya.

Stigma Lampung rawan kejahatan sesekali terlintas di pikiran Mang Adiono setiap berkunjung ke daerah. Terutama ke daerah rawan di Lampung Timur dan Tengah. Namun, pria kelahiran Prabumulih, Sumatera Selatan, itu punya cara sendiri menyelesaikan persoalan di jalan. ”Saya ini sudah lama di jalan, jadi sudah biasa,” ucap penggemar klub Persebaya Surabaya tersebut, lalu tersenyum.

Mengendarai sepeda motor, Mang Adi berpindah tempat dari satu pasar ke pasar lain dan dari satu toko ke toko lainnya. Pada saat bersamaan, dia menghampiri gerombolan anak di setiap titik yang dikunjungi. Anak-anak itu kemudian dipinjaminya buku. ”Minggu depannya buku saya tukar dengan buku yang baru,” papar pria yang genap berusia 31 tahun pada September lalu tersebut.

Gerakan spontan itu lahir dari keprihatinan minimnya akses baca di Lampung. Selama tiga tahun terakhir, suami Dita Mutiara Aruni tersebut konsisten membawa buku setiap berkeliling ke pasar dan toko. Nah, tahun ini gerakan itu lantas berkembang menjadi Sekolah Rakyat Busa Pustaka. ”Makin lama, makin banyak yang ikut,” paparnya.

Sebelum pandemi Covid-19, Busa Pustaka kerap mangkal di Taman Gajah Enggal, Bandar Lampung. Di tempat terbuka itu, Mang Adiono membuka ”lapak” Busa Pustaka. Awalnya, banyak yang mengira Mang Adiono adalah penjual buku bekas. Namun, lama-kelamaan akhirnya orang tahu bahwa dia sedang mengajak anak-anak untuk membaca buku. ”Tahun lalu (sebelum pandemi), 200 anak datang setiap saya gelar lapak (di Taman Gajah),” terang penggemar buku biografi tersebut.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X