Belum lengkap rasanya menjadi prajurit tanpa tugas ke daerah rawan. Ratusan prajurit disiapkan bertolak ke perbatasan Indonesia-Papua Nugini pada 26 Desember mendatang. Mengingat banyak potensi, Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Heri Wiranto dan Danrem 091/ASN Brigjen TNI Cahyo Suryo Putro memastikan kesiapan anak buahnya.
KOPRAL dua Hamid semangat saat tahu dirinya kembali ditugaskan di perbatasan. Kali ini tak tanggung-tanggung, menjaga kedaulatan NKRI yang masuk daerah cukup rawan di perbatasan Indonesia-Papua Nugini (PNG)
“Sudah yang keempat kalinya saya berangkat tugas,” ujarnya dengan nada penuh semangat. Jiwa prajurit yang tak kenal kendur, menambah dedikasi Hamid untuk terus mengabdi menjaga kedaulatan NKRI. “Saya harus tinggalkan istri dan dua putri. Memang berat karena ini tidak sebentar,” ungkapnya. Pesan khusus yang diutarakan, ia meminta agar istrinya tetap menjaga kesehatan.
“Yakin dan percaya, doa selalu menyertai. Jaga diri, insyaallah kembali dengan selamat,” tegas Hamid. Ia satu dari 450 prajurit Yonif 611/Awang Long (AWL) yang harus meninggalkan keluarga kecilnya untuk menjaga keutuhan NKRI.
Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Heri Wiranto yang ditemui selepas memimpin upacara pengecekan kesiapan prajurit menuturkan, tugas operasi pengamanan dilakukan untuk meyakinkan semua prajurit yang siap diberangkatkan. Proses yang cukup panjang, mulai kesiapan organisasi, menyusun personel, menyiapkan peralatan dan perlengkapan. “Secara umum baik personel dan perlengkapan sudah sangat siap, dan mendapat dukungan dari pimpinan TNI,” ujarnya.
Tidak mudah bagi prajurit yang bertugas di Papua lantaran situasi dan kondisi di daerah tersebut sedang jadi perhatian serius. Jendral bintang dua tersebut menyebut, tidak hanya menjaga perbatasan, mereka disiapkan segala kondisi. “Setiap prajurit yang berangkat akan diberikan informasi intelijen,” jelasnya. Heri menegaskan, prajurit yang dikirim bukan untuk menambah pasukan, melainkan menggantikan prajurit yang lain sebelumnya tugas di sana.
Bertugas di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) memang tidak mudah. “Tetap harus melaksanakan protokol kesehatan, termasuk di wilayah yang baru nanti. Sebenarnya yang dihadapi tidak hanya virus corona, di sana juga ada penyakit malaria yang juga menjadi perhatian. Namun sebagai antisipasi obat-obatan sudah disiapkan,” tegasnya.
Pangdam menyebut, ada tingkat kerawanan di perbatasan, seperti illegal logging dan illegal-illegal lain yang layak diwaspadai seperti narkoba. “Di perbatasan di antaranya membantu tugas-tugas yang dilaksanakan pihak imigrasi, dan mereka diberikan pemahaman materi itu. Apabila menemukan kondisi tersebut, sifatnya hanya mengatasi awal untuk mengamankan, dan nanti dilanjutkan kepada pihak-pihak terkait, termasuk permasalahan kriminal atau penyalahgunaan narkoba. (dra)