Saham BRIS Naik Pascamerger

- Selasa, 15 Desember 2020 | 20:54 WIB

JAKARTA– Tahapan merger tiga bank syariah BUMN mulai berjalan dan melejitkan saham PT Bank BRI Syariah (BRIS). Dalam penutupan perdagangan kemarin (14/12), harga saham BRIS berada di level Rp 2.160 per lembar. Naik 375 poin atau 21,01 persen. Sebelum pengumuman merger pada 13 Oktober lalu, harga saham BRIS Rp 900 per lembar.

Ketua Project Management Office Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN Hery Gunardi mengatakan, bank hasil merger itu berstatus perusahaan terbuka. Bank gabungan dengan nama PT Bank Syariah Indonesia Tbk itu tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode BRIS.

Artinya, masyarakat mengapresiasi penggabungan tiga bank syariah pelat merah. Bukan tidak mungkin Bank Syariah Indonesia bakal naik kelas dari BUKU III ke IV seiring ketertarikan investor global dengan orientasi instrumen syariah. ’’Hasilnya, pemegang saham akan mendapat benefit yang lebih banyak,’’ kata Hery dalam webinar Diskusi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) kemarin.

Komposisi pemegang saham terbesar pada bank hasil penggabungan adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan porsi 51,2 persen. Diikuti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) sebanyak 25 persen dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) sekitar 17,4 persen.

Sementara itu, sisanya sebanyak 4,4 persen bisa dimiliki publik dan 2 persen untuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) BRI-Saham Syariah. Struktur pemegang saham itu didasarkan pada perhitungan valuasi dari tiap bank peserta penggabungan.

Hery memastikan penggabungan bank syariah tidak akan membuat cabang-cabang ditutup atau memunculkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK). Sebab, potensi syariah sangat besar. Banyak yang belum digarap. ’’Makanya, tidak perlu rasionalisasi (menutup) cabang. Yang akan kami lakukan justru relokasi, menempatkan cabang di lokasi yang lebih baik dengan orang-orang (karyawan) yang tetap di sana,’’ tegasnya.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, ekonomi syariah merupakan motor baru penggerak perekonomian nasional. Ada tiga pilar untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah. Yakni, membangun mata rantai ekonomi halal (halal supply chain) dengan sektor-sektor unggulan, ekosistem keuangan syariah, serta literasi.

’’Mulai dari perbankan, pasar keuangan syariah, dan lembaga jasa keuangan lainnya,’’ ujarnya. Selain produk komersial, pihaknya juga membangun produk keuangan sosial. Di antaranya, zakat, infak, sedekah, dan wakaf. Dengan begitu, akses ekonomi syariah ke masyarakat akan semakin luas. (han/c18/hep)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB
X