Perkuliahan dalam jaringan (daring) tentu tidak seoptimal kuliah secara langsung. Beberapa praktik yang menjadi pengaplikasian ilmu tentunya tidak bisa dilakukan seperti pada umumnya.
SAMARINDA–Lebih delapan bulan metode kuliah dengan sistem daring diberlakukan. Meski sudah diperbolehkan menggelar tatap muka diberikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), rupanya masih dikaji terlebih dahulu. Termasuk Universitas Mulawarman (Unmul).
Perkuliahan tatap muka (PTM) belum dibahas sepenuhnya. Mengingat, angka penyebaran Covid-19 juga sempat menyasar ke petinggi Unmul.
Walau belum melakukan pembahasan terkait PTM, Wakil Rektor Bidang Akademik Unmul Prof Mustofa Agung Sardjono menerangkan, bisa saja nantinya menggunakan dua metode sekaligus. Daring dan tatap muka. "Tapi pembahasan resminya belum. Kami akan bicarakan dengan Satgas Covid-19 Unmul, karena mereka yang lebih tahu soal medis. Saya juga sudah minta pengelola akademik untuk melakukan pendataan fasilitas pendidikan," kata Agung.
Pendataan fasilitas pendidikan dimaksudkan agar mengetahui ruang kuliah mana saja yang bisa digunakan. Dalam setiap ruang akan diisi tidak lebih dari 30 persen total kapasitas ruangan jika PTM diberlakukan.
Namun, guru besar Unmul itu belum bisa menjamin metode tersebut yang akan digunakan nantinya.
Ditemui terpisah, Ketua Satgas Covid-19 Unmul dr Nataniel Tandirogang mengatakan belum mendapatkan instruksi dari Rektor Unmul Masjaya mengenai kuliah tatap muka. Namun, sebelum melakukan pembahasan, Satgas Covid-19 Unmul akan melihat data perkembangan kasus. Setidaknya hingga akhir Desember.
"Belum ada rapat soal tatap muka. Pak rektor juga belum ada pembicaraan dengan kami.
Memang kasus belakang meningkat, belum lagi liburan akhir tahun dan jelang pilkada, pasti ada peningkatan. Tentu akan dilihat dari data. Jika meningkat, tentu berisiko dan harus ada pertimbangan khusus dan perlu kajian lebih," jelasnya.
Jika nantinya tatap muka berlangsung, protokol kesehatan menjadi aturan mutlak dan akan diperketat. Pengurangan kapasitas ruangan dan pengaturan jarak antar-mahasiswa wajib dilakukan. Hal itu menekan angka penyebaran virus corona di Unmul. "Jika berbicara kasus, prediksi ahli epidemiologi akan terus berlangsung hingga 2022. Tentu protokol jadi kuncinya. Pendisiplinan maksudnya pengawasan berkesinambungan, dan memberikan kesadaran penuh ke mahasiswa, seperti penggunaan masker yang baik dan benar," terang pria yang juga sebagai ketua IDI Kaltim.
Jika sistem tatap muka dan daring digunakan sekaligus, bertujuan mengurangi jumlah mahasiswa, screening sebelum dimulai perkuliahan juga harus dilakukan. Evaluasi secara periodik menjadi syarat. Hal itu dilakukan sebagai upaya tracing dan pencegahan.
"Ketika pertemuan berhari-hari maka harus swab test, kecuali maksimal empat jam, harus bisa mengetatkan protokol. Tentu evaluasi juga, baik per bulan atau sebulan dua kali. Jadi tahu jika terjadi penyebaran," pungkasnya. (*/dad/dra/k8)