Inovasi Kenalkan Khas Daerah

- Senin, 7 Desember 2020 | 11:21 WIB
BUDAYA: Fitriyani mengaku bangga bisa meneruskan usaha orangtua. Terlebih merupakan warisan budaya.
BUDAYA: Fitriyani mengaku bangga bisa meneruskan usaha orangtua. Terlebih merupakan warisan budaya.

Lahir dari orangtua yang melestarikan sarung tenun samarinda, tak pernah terlintas untuk meneruskan usaha tersebut. Seiring waktu, Fitri mulai menemukan bahwa dunianya ada di situ. Berbagai produk hasil inovasi khas daerah pun lahir dari tangannya.

 

SEJAK 1980-an Rahma sudah mengenal alat tenun bukan mesin (ATBM), rasa penasaran membawanya menjadi penenun. Ibunda Fitriyani itu pun menghasilkan berbagai lembaran kain yang kini dikenal dengan nama sarung samarinda. “Usia mamak itu sekitar 20-an, masih muda waktu belajar tenun itu,” ungkap Fitri, sapaan karib Fitriyani.

Hingga pada 2011, rombongan dinas yang kala itu juga hadir istri wali kota Samarinda, Puji Setyowati mengunjungi Gang Pertenunan, Samarinda Seberang. Salah satunya masuk ke rumah Rahma, Fitri menyebut jika ibunya saat itu hanya memakai daster. Melayani Puji pun dengan membungkus koran untuk kain yang dibeli.

“Kami enggak tahu kalau itu istri wali kota, baru tahu pas sudah mereka pulang,” ungkapnya lalu tertawa. Dari sana, Gang Pertenunan yang terkenal sebagai produsen sarung samarinda semakin dikenal. Salah satu berkah, Rahma mendapat bantuan lemari etalase dan pajangan sarung.

Lalu pada 2012, terbentuk galeri dan Rumah Tenun Rahmadina. Perlahan mulai dikenal. Semula hanya menenun, Fitri mengungkapkan jika mulai menampung hasil kain penenun lainnya.

“Nah mamak meninggal, saya yang akhirnya meneruskan sama kakak. Sudah kurang lebih empat tahun ini,” ujar dia. “Dulu saya kerja SPG. Tapi kalau mamak ikut pameran, saya pasti bantu. Akhirnya tahu bagaimana pembuatan, perawatan, sampai ya akhirnya seperti ini,” lanjut perempuan kelahiran 1992 itu.

Ketika usaha dia yang lanjutkan, Fitri mulai putar otak. Dia pun aktif ikut pelatihan terkait. Menambah keterampilannya. Termasuk pada 2018, menjadi salah satu peserta Mini University asuhan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim (KPw BI-Kaltim). Program yang menjaring wirausahawan khususnya UMKM untuk berkembang.

“Akhirnya tahu bagaimana teknik promosi, kemudian beralih ke pemasaran online juga belajar di situ. Termasuk mulai inovasi, dari lembaran kain jadi macam-macam produk,” ungkapnya.

Di galeri rumahnya, selain berbagai sarung samarinda aneka motif, juga ada tas, pakaian jadi, masker, songkok, dan aksesori. Aneka kerajinan atau suvenir khas Samarinda seperti manik-manik pun tersedia.

Fitri menjelaskan, seiring waktu, usaha itu berkembang. Selama pandemi, diakui memang usaha sangat terdampak. Apalagi erat kaitannya dengan pariwisata yang sangat terkait.

Pendapatan jelas berkurang kala itu. Namun beruntungnya, Fitri sudah mengembangkan usahanya lewat online. Sehingga menurutnya, pandemi tidak benar-benar menyurutkan usaha.

“Masih ada order, alhamdulillah ya. Termasuk mulai inovasi bikin masker dari sarung samarinda,” kata dia. Dalam berbisnis, gerak cepat dan inovasi adalah hal penting. Fitri mengaku tak banyak berpikir, gerak saja dulu.

“Meski banyak produk masker di luar sana, saya yakin masker ini punya tempat. Saya enggak turunkan harga, saya pertahankan kualitas. Biar pembeli yang menilai, ya alhamdulillah selama pandemi ini sudah banyak terjual,” ungkapnya. (rdm/ndu/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X